Pedagang menjual sejumlah bumbu dapur di Pasar Anyar. Bahan makanan merupakan salah satu komponen penyumbang inflasi di Denpasar. (BP/dok)

DENPASAR, BALIPOST.com – Relatif masih tingginya inflasi Bali dibandingkan nasional terjadi karena didorong oleh inflasi yang terjadi pada kelompok pengeluaran bahan makanan. Kelompok ini mengalami kenaikan karena meningkatnya permintaan menghadapi upacara keagamaan dan masuknya periode peak season pariwisata. Khususnya untuk komoditas daging (daging ayam, daging babi, dan daging sapi).

Demikian disampaikan Analis Bank Indonesia KPw Bali Umran Usman. Lanjutnya, sejalan dengan kondisi nasional, komoditas pangan strategis lainnya yang seringkali menjadi penyumbang utama inflasi Bali tercatat mengalami penurunan harga. Yaitu komoditas beras, cabai rawit, cabai merah, bawang merah, dan bawang putih.

Baca juga:  Ekspor Maret 2021 Nasional Sebesar 18,35 Miliar Dollar

Dari sisi kelompok administered prices, normalisasiharga angkutan udara turut menahan tekanan inflasi Provinsi Bali. Inflasi Bali pada periode September 2018 diprakirakan akan melandai mengikuti pola historikalnya.

Di sisi lain, deflasi terjadi pada komoditas hortikultura dan tarif angkutan udara. Namun masih tingginya harga komoditas daging dan kenaikan LPG Non Subsidi menahan laju penurunan yang lebih dalam untuk inflasi di Denpasar.

Dengan 4 bulan periode tersisa untuk tahun 2018, pengendalian inflasi Provinsi Bali masih menghadapi berbagai tantangan. Diantaranya, tendensi penurunan curah hujan membawa risiko akan inflasi untuk kelompok pengeluaran bahan makanan khususnya beras. Risiko kenaikan harga pangan dantransportasi seiring dengan masuknya periode peak season pariwisata dan jelang IMF-WB Annual Meeting 2018, dan ketiga harga emas dan minyak dunia diprediksi mengalami peningkatan seiring dengan trend global.

Baca juga:  Sejumlah Money Changer Bodong di Ubud Ditutup

Menyikapi perkembangan tersebut, TPID se-Provinsi Bali terus melakukan pemantauan khususnya hargapangan komoditas strategi baik secara tidaklangsung melalui PIHPS SiGapura maupun sidaklangsung ke lapangan. TPID juga terus melanjutkan upaya pengendalian harga baik melalui forum koordinasi dan tindak lanjut nyata dengan OPD teknis terkait.

Dalam upaya penyusunan strategi pengendalianinflasi, sekaligus untuk mengawal ketahanan pangan di Provinsi Bali, TPID se-Provinsi Bali selalu berkoordinasi, termasuk bersama Dewan Ketahanan Provinsi Bali yang telah melaksanakan Rapat Koordinasi Dewan Ketahanan Pangan Provinsi Bali pada 23 Agustus 2018.

Baca juga:  Harga Sejumlah Komoditas Naik Menjelang Tutup Tahun 2021

Program kerja TPID akan difokuskan pada seluruh aspek mencakup produksi, distribusi, serta menjaga ekspektasi masyarakat melalui sosialisasi dan publikasi serta memberikan himbauan kepada masyarakat terkait upaya menjaga stabilitas harga.

Upaya stabilisasi harga melalui pelaksanaan pasar murah dan operasi pasar insidentil juga akan dilanjutkan sehingga diharapkan dapat menjadi jangkar dalam penetapan harga dan menahan laju inflasi yang dapat bersumber dari sisi permintaan, sisi penawaran, dan ekspektasi pelaku ekonomi. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *