Beberapa petugas siaga di atas kapal untuk proses bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Benoa, Denpasar. (BP/eka)

DENPASAR, BALIPOST.com – Wacana Perang Dunia ke-3 banyak terdengar belakangan ini setelah Amerika Serikat terlibat langsung pada Perang Israel dan Iran. Bali sebagai destinasi wisata dunia akan terpengaruh jika sampai Perang Dunia ke-3 terjadi. Perekonomian Bali pun terancam terpuruk bahkan lumpuh.

Hal itu diungkapkan para pengamat ekonomi di Bali. Prof. Dr. Ida Bagus Suardana, S.E., M.M. saat diwawancarai, Senin (23/6) mengatakan, jika Perang Dunia ke-3 terjadi dampaknya  sangat menghantam daerah yang sangat tergantung pada industri pariwisata seperti Bali. Menurutnya saat ketegangan dunia berlangsung beberapa kondisi akan berpengaruh terhadap pariwisata. Di antaranya perjalanan internasional akan terganggu, visa dan akses masuk akan diperketat.

Baca juga:  Jumlah Subak di Jembrana Menyusut

Sementara itu maskapai penerbangan bisa membatasi atau menghentikan rute, dan wisatawan akan menunda perjalanan karena alasan keamanan. “Kondisi ini tentu bisa akan menghentikan arus wisatawan mancanegara dan domestik secara drastis ke Bali. Hotel, restoran, transportasi wisata, art shop, dan ribuan UMKM akan kehilangan penghasilan,” katanya.

Raka mengatakan akibat lumpuhnya pariwisata berpengaruh terhadap pengangguran akan meningkat tajam karena banyak pekerja pariwisata adalah tenaga informal. Pemerintah Daerah akan kehilangan sumber utama pendapatan dari pajak hotel, restoran, hiburan, dan retribusi.

Berdasarkan data sebelum pandemi, kata dia, kontribusi pariwisata terhadap PDRB Bali mencapai sekitar 54 persen. Jika seluruh sektor ini lumpuh akibat perang global, maka potensi kerugian ekonomi Bali bisa mencapai lebih dari Rp100 triliun dalam setahun. Angka ini mencakup kehilangan devisa, penghasilan pelaku usaha, dan pajak daerah.

Baca juga:  Wagub Bali Berharap Kepercayaan Pariwisata Bali akan Tumbuh dan Kembali bangkit

“Ketergantungan yang tinggi terhadap satu sektor menjadikan Bali sangat rentan terhadap guncangan global. Oleh karena itu, diversifikasi ekonomi menjadi kebutuhan mendesak agar Bali lebih tangguh menghadapi ketidakpastian global yang ekstrem seperti perang dunia,” imbuhnya.

Hal senada juga diungkapkan oleh pengamat ekonomi dari Universitas Udayana, Prof. I Wayan Suartana. Dia mengatakan, situasi geopolitik seperti tersebut pasti akan sangat berpengaruh bagi Bali. “Bali yang mengandalkan pariwisata, ekonominya tidak stabil bila perang terus berlarut-larut,” terangnya.

Baca juga:  Ratusan Wartawan Terjerat Judi Online, Transaksi hingga Miliaran Rupiah

Menurutnya kondisi akan lebih buruk daripada pandemi Covid-19 jika perang dunia ketiga ini benar-benar terjadi. Namun dia berharap, agar tidak ada eskalasi.

Dikatakannya, sesuatu bisa dihindari asalkan ada keinginan dan komitmen kuat dari tokoh-tokoh dunia

Ia mengaku menyambut baik kunjungan Presiden Prabowo ke Rusia sebagai sinyal untuk berupaya menjaga perdamaian dan keseimbangan dunia. Pihaknya berharap agar Perang Dunia jangan sampai terjadi.

“Kalau itu terjadi hanya akan melahirkan penderitaan dan air mata. Peradaban akan hancur. Karena itu kemanusiaan adalah segala-galanya. Untuk itu saya berharap semua pihak menahan diri dan membuang jauh-jauh egoisme. Marilah kita warga dunia mengedepankan perdamaian,” imbuhnya. (Widiastuti/bisnisbali)

BAGIKAN