dr. I Wayan Aryawan. (BP/nik)

GIANYAR, BALIPOST.com – Petugas kesehatan menjadi salah satu garda terdepan dalam menghadapi wabah COVID-19. Sebab, berhadapan langsung dengan warga yang sakit.

Di tengah kondisi ini, kejujuran setiap pasien menjadi harapan seluruh tenaga kesehatan. Sebab tidak dimungkiri ada sejumlah pasien yang menutupi diri dari gejala wabah ini. “Penting sekali kejujuran pasien, misal pernah kontak dengan warga yang positif. Kalau pasien tidak jujur ini bisa menjadi risiko (penularan-red),” kata Direktur RS Ari Canti Mas Ubud, dr. I Wayan Aryawan ditemui Jumat (12/6).

dr. Aryawan mengatakan banyak warga yang secara psikis takut kalau ketahuan sempat kontak dengan pasien yang sudah dipastikan positif. Ketakutan ini kerap didasarkan pada kekhawatiran mendapat pelayanan kurang baik. “Ada kehawatiran secara psikis, pernah kontak erat, bisa diberlakukan kurang baik,” katanya.

Baca juga:  45 ODGJ Terlantar, Belasan Belum Tercover Jamkes

Pihaknya sendiri di RS Ari Canti sudah memastikan kesiapan dalam menangani wabah ini, khususnya dalam kelengkapan APD. Meski demikian, pihaknya sendiri kembali memantapkan kesiapan seluruh tenaga kesehatan di rumah sakit tersebut pada Jumat. “Jumat ini kami rapat lagi, memastikan semua tenaga betul-betul siap, jangan sampai ada yang lengah, terlebih faktor lelah harus diwaspadai,” ujarnya.

Dikatakan upaya ini dilakukan karena mempertimbangkan peningkatan kasus positif COVID-19 yang sejak beberapa minggu terakhir didominasi transmisi lokal, bahkan sampai menular kepada tenaga medis. “Sekarang yang jadi masalah transmisi lokal, ketika PMI bisa dikendalikan, masalahnya transmisi lokal ini banyak OTG (orang tanpa gejala-red). Ini membuat was-was juga, makanya hari ini saya rapat dengan jajaran, mengoptimalkan kesiapan selutuh tenaga medis,” katanya.

Baca juga:  Komisioner dan Pegawai Sekretariat KPU Bangli Jalani Rapid Test

Ditambahkan paling penting dalam memutus rantai penyebaran wabah ini ialah uji swab. Namun saat ini alat untuk melakukan uji tersebut justru terbatas.

Dikatakan bila alat uji swab bisa ditambah, diyakini akan lebih cepat memutus rantai penyebaran kasus ini. “Kita sadari ada keterbatasan, rapid saja kita kadang diskusi perlu atau tidak, paling tidak kalau rapid ditemukan reaktif kita waspada. Nah ketika Swab bisa dilakukan tentu ada kepastian,” katanya.

Baca juga:  Dari Perindo dan Demokrat Keluar hingga Bayi dalam Bungkusan

Diakui kendala lainya yang sering dihadapi ialah adanya pasien operasi di tengah pandemi ini, perlu mengikuti uji swab. Di sisi lain BPJS belum menanggung uji Swab. “Ini kadang kendala kami. Bila ada pasien operasi, satu sisi BPJS tidak menanggung, itu menjadi kendala,” katanya. (Manik Astajaya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *