Panen bawang di Buahan. (BP/dok)

BANGLI, BALIPOST.com – Desa Adat Buahan salah satu desa adat di Kecamatan Kintamani, Bangli yang sangat mendukung kebijakan Gubernur Bali Wayan Koster. Salah satunya mengenai pengelolaan sampah berbasis sumber. Seperti apa desa adat ini akan mengelola sampah?

Menjaga kebersihan dan kelestarian alam, Desa Adat Buahan yang memiliki 356 KK krama ini akan menerapkan pengelolaan sampah dengan pemilahan dari tingkat rumah tangga. Sebagai desa adat yang berada di kawasan Kaldera Batur, Desa Adat Buahan selama ini punya tanggung jawab besar dalam menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan, baik hutan maupun Danau Batur.

Baca juga:  2022, Pemprov Bali Kembali Luncurkan Pemutihan Penunggak Pajak Kendaraan Bermotor

Bendesa Adat Buahan I Made Antara mengatakan, sampah plastik menjadi salah satu tantangan yang dihadapi krama dalam menjaga kelestarian lingkungan di wilayah desa ini. Untuk menekan pencemaran sampah plastik, pihaknya akan berupaya melakukan pengelolaan sampah mulai dari rumah tangga.

Pengelolaan dilakukan dengan memilah sampah organik dan nonorganik. Pengelolaan sampah tidak hanya dilakukan di rumah tangga, namun juga akan dilakukan di Pura-pura. ‘’Kami akan kenalkan dan ajak ibu-ibu, dan krama untuk mulai mengelola sampah dari rumah dan pura,’’ terangnya.

Dalam pengelolaan sampah, Desa Adat Buahan akan menjalin kerja sama dengan bank sampah yang ada di Bangli. Terutama untuk pengelolaan sampah nonorganik. Tidak menutup kemungkinan ke depan Desa Adat Buahan juga akan mendirikan bank sampah sendiri. Untuk mengatur warga dalam mengelola sampah, akan diperkuat dengan pembuatan awig-awig.

Baca juga:  Hari Ini, Tambahan Pasien COVID-19 Sembuh Bali Lampaui Kasus Baru

Selain mengelola sampah dari rumah tangga, mantan Perbekel Desa Buahan itu mengatakan bahwa pihaknya di Desa Adat Buahan juga akan menggarap dan mengembangkan potensi wisata yang dimiliki yakni wisata alam dan wisata spiritual.

Desa Adat Buahan yang berada di tepi Danau Batur rencananya akan menghadirkan wisata mancing di tepi danau. Selama ini Desa Adat Buahan membebaskan siapa saja untuk memancing di danau. Asalkan tetap menjaga kesucian dan kebersihan lingkungan.

Baca juga:  Warga Diminta Waspada, Cuaca Ekstrem Dampak Siklon Tropis Seroja Masih "Hantui" Bali

Untuk wisata spiritual, Desa Adat Buahan punya pura peninggalan sejarah dan menarik untuk dikunjungi. Rencananya itu akan dikembangkan. ‘’Selama ini Desa Adat Buahan sudah banyak didatangi wisatawan. Ada yang melakukan wisata sepeda, trekking,’’ terangnya.

Untuk mengembangkan pariwisata di sana, tentunya dibutuhkan dana. Desa Adat Buahan juga akan membuatkan regulasi dan manajemen untuk pengelolaannya. Desa Adat Buahan juga memiliki potensi besar di bidang pertanian. Warganya banyak yang mengembangkan bawang merah, tomat dan cabai. (Dayu Swasrina/balipost)

BAGIKAN