AMLAPURA, BALIPOST.com – Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) kembali melakukan evaluasi terhadap perkembangan aktivitas Gunung Agung. Dari evalusiasi yang dilakukan, PVMBG belum mengambil langkah untuk menerunkan status gunung tertinggi di Bali itu.

Sebab, Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api Hendra Gunawan, mengungkapkan, berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan periode 15 Oktober sampai dengan 4 November 2019, dari sisi kegempaan masih didominasi gempa-gempa hembusan, vulkanik dangkal, vulkanik dalam dan tektonik jauh. Rinciannya terjadi 10 kali gempa hembusan, 3 kali gempa vulkanik dangkal, 4 kali gempa vulkanik dalam, 3 kali gempa tektonik lokal dan 44 gempa tektonik jauh.

Baca juga:  Di Bali, 331 Narapidana Diusulkan Remisi Natal

Gunawan menambahkan, berdasarkan hasil data menyeluruh, potensi untuk terjadinya memang masih ada. Namun dengan skala menengah sampai rendah. Dan indikasi untuk terjadi erupsi skala besar masih belum teramati dan terindikasi.

Karena erupsi yang mungkin terjadi adalah  berupa lontaran mataeirl batu/pijar, hujan abu maupun hembusan gas-gas vulkanik. “Jadi, melihat hasil pengamatan visual dan instrumental, maka status Gunung Agung masih Level III (Siaga). Masyarakat dilarang untuk melakukan aktivitas di kawasan zona perkiraan bahaya radisu4 kilometer dari puncak. Termasuk melakukan aktivitas pendakian tidak diperkenankan karena sangat berbahaya. Kita akan terus lakukan evaluasi mengikuti perkembangan dan pengamatan Gunung Agung,” katanya.

Baca juga:  Buat Panik, Anggota DPRD Sayangkan Pemkab Keliru Buat SK Erupsi Gunung Agung

Sementara itu, Kasubbid Gunung Api Wilayah Timur, Devy Kamil Syahbana menambahkan, belakangan ini banyak masyarakat yang menanyakan adanya hembusan karena munculnya kepulan asap di puncak Gunung Agung. Menurut Devy, yang ada di puncak Gunung Agung itu, merupakan asap saja tanpa disertai dengan adanya hembusan.

Asap itu, jelasnya, bisa muncul setiap pagi termasuk saat turun hujan. “Kalau siang hari, asap tidak teramati lagi. Kemungkinan asap berasal dari reaksi air hujan dengan kuba lava di dalam kawah. Karena secara instrumental belum ada peningkatan aktivitas dari Gunung Agung,” tegas Devy. (Eka Parananda/balipost)

Baca juga:  Sikap Tegas Gubernur Koster ke Pelindo III Diapresiasi
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *