Kadek Yasa Guna saat digendong oleh ibunya. (BP/gik)
AMLAPURA, BALIPOST.com – Cobaan pasangan suami istri Ketut Sudiarta (27) dengan Kadek Mariantini (22) cukup berat. Anak kedua mereka Kadek Yasa Guna lahir tanpa lubang anus. Kondisi demikian membuat bayi malang ini harus menjalani serangkaian operasi untuk dibuatkan lubang anus sementara dari perutnya.

Keluarga kecil ini tinggal di rumah sederhana di sebuah tegalan di Desa Pakraman Timbrah, Desa Pertima, Karangasem. Saat ditemui di sebuah rumah sederhana itu, Minggu (19/11), Kadek Yasa Guna nampak menangis saat digendong ibunya, lengkap dengan sebuah kantung penampung feses di perutnya. Ibunya menceritakan, anak keduanya ini sudah lahir sejak 3 Oktober lalu di sebuah rumah bersalin seorang bidan di Desa Pakraman Perasi.

Saat mengandung anaknya ini, dia mengaku tidak mengalami banyak gangguan kesehatan. Hanya sesekali sakit pada selangkangan, lazimnya orang hamil pada umumnya. Bahkan, saat lahir pun bayi lahir normal dan langsung diperbolehkan pulang. “Saya baru sadar anak saya tanpa lubang anus setelah dua hari di rumah. Perutnya tiba-tiba kembung, setelah diperiksakan, ternyata penyebabnya tidak ada lubang anus,” kata Mariantini.

Baca juga:  Tambahan Lima Terpapar COVID-19 di Tabanan, Satunya Bayi Baru Lahir

Anaknya pun langsung dirujuk ke UGD RSUD Karangasem, sebelum kemudian dirujuk ke RSUP Sanglah Denpasar, agar segera menjalani operasi pembuatan lubang anus sementara dari perut. Saat itu, Kadek Yasa Guna tak langsung bisa dioperasi. Sebab, kedua orangtuanya harus mengurus Kartu Indonesa Sehat lebih dulu, karena tak punya biaya.

Operasi pertama berjalan sukses. Agar pencernaannya sementara bisa berjalan lancar, lubang anus dibuatkan sementara dari perutnya. Tetapi, cobaan yang dihadapi Kadek Yasa Guna belum selesai. Sebab, dia masih harus menjalani operasi yang kedua, untuk pembuatan lubang anus di tempat semestinya di bawah. Kapan persisnya operasi tahap kedua ini akan dilakukan, Mariantini mengaku belum tahu, karena ayahnya Ketut Sudiarta masih berjuang bekerja sebagai buruh bangunan untuk bisa menapkahi keluarga.

Baca juga:  Penyangga Tak Kuat, ''Bale Pesandekan'' Pura Bangun Sakti Besakih Roboh

“Satu kantung penampung fesesnya ini saja harganya Rp 300 ribu. Tiap hari juga harus diganti. Makanya saya bingung. Sedangkan, suami saya juga harus bekerja,” katanya.

Saat ini, untuk mengurus keluarganya ini, sang ayah Ketut Sudiarta tiap harinya harus bolak-balik Karangasem-Denpasar, karena bekerja sebagai buruh bangunan. Pagi saat subuh, dia sudah berangkat ke Denpasar di tempatnya bekerja sebagai buruh bangunan. Setelah selesai bekerja, dia baru pulang dan tiba di rumah sederhananya itu sekitar pukul 19.00 wita. Mariantini mengaku belum tahu kapan anak keduanya ini akan menjalani operasi kedua. Apakah operasi kedua ini akan ditanggung juga oleh pemerintah melalui Kartu Indonesia Sehat (KIS) ini, dia juga mengaku belum tahu. Dia berharap proses operasi yang kedua nanti bisa dibantu oleh pihak desa.

Baca juga:  Jasad Bayi Laki-laki Ditemukan di Kawasan Nusakambangan

Klian Banjar Dinas Timbrah Beji, Nyoman Suarmadiayasa, mengaku belum tahu ada warganya yang melahirkan anaknya dengan kondisi tanpa lubang anus seperti itu. Dari rumah bersalin itu juga tidak ada melapor ke desa dinas. Meski demikian, pihaknya mengaku akan segera mengecek kondisi keluarga dan mengupayakan membantu atau memfasilitasi keluarga ini agar anaknya bisa menjalani proses operasi yang kedua. Selain itu, pihaknya juga berharap ada lembaga swasta yang bisa membantu keluarga kurang mampu ini, kalau biaya operasi yang kedua sudah ditanggung melalui KIS, untuk memenuhi kebutuhan lain bayi ini selama berobat yang biayanya juga cukup tinggi. (bagiarta/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *