Petani di Pancasari di ambang kerugian karena cuaca buruk melanda. (BP/sos)
SINGARAJA, BALIPOST.com – Cuaca buruk yang melanda wilayah Kabupaten Buleleng menyebabkan produksi tanaman hortikultura, salah satunya strawberry turun signifikan. Hal ini menyebabkan petani “gigit jari” lantaran berada diambang kerugian.

Seorang petani di Desa Pancasari, Kecamatan Sukasada, Gede Lantur menuturkan produksi strawberry musim ini sangat lesu. Sekali panen hanya mendapat kisaran 5 kilo. Berbeda dengan sebelumnya yang mencapai 30 kilogram. “Produksi turun jauh. Biaya obat mahal,” ujarnya, Rabu (7/6).

Kondisi itu disebabkan cuaca buruk yang belakangan ini terus melanda. Bunga banyak rontok terguyur hujan. “Hujannya terlalu lama. Bunga banyak rontok. Kalau strawberry cocoknya saat intensitas hujan sedang,” ungkap petani paruh baya ini.

Baca juga:  Cuaca Buruk, Penyeberangan Ketapang-Gilimanuk Tutup Sementara

Harga jual buah bercitarasa asam manis ini tergolong mahal, kisaran 45 ribu per kilogram. Melonjak dari sebulan lalu yang hanya Rp 25 ribu.

Meskipun demikian, petani tetap tidak merasakan untung. “Harganya mahal, tapi produksinya sedikit, tetap saja tidak dapat apa. Malah khawatir merugi. Kalau dihitung-hitung lebih baik harganya Rp 25 ribu, tapi produksinya banyak,” katanya.

Selain musim, penurunan produksi ini juga akibat banyaknya lahan terendam air Danau Buyan yang telah berlangsung dari Februari lalu. “Karena banyak tanaman mati, jadinya produksi anjlok,” imbuhnya.

Baca juga:  Diralat! Kasus Babi Mati Statusnya Suspect ASF

Sementara itu, Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian Buleleng, Gede Subudi mengungkapkan sesuai pengamatannya, secara umum produksi tanaman horti sangat anjlok. Itu tak hanya pada strawberry, tetapi juga lainnya, seperti tomat dan mangga. “Itu karena musim yang kurang mendukung. Tak hanya strawberry yang begitu. Tanam horti lain juga,” jelasnya.

Birokrat asal Busungbiu ini menyebutkan ditengah cuaca yang tak bersahabat, potensi munculnya serangan hama semakin besar. Selain itu, kelembaban tanah akan meningkat sehingga memicu munculnya jamur. Mengatasi itu, petani harus lebih intensifkan perawatan. “Musim ini juga rentan terjadi serangan hama. Perawatan perlu lebih intensif lagi,” tandasnya. (Sosiawan/balipost)

Baca juga:  Bayi Tanpa Anus Akhirnya Meninggal Dunia
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *