MENJADI yatim piatu bukanlah keinginan I Putu Febri Arta Putra (6). Ditinggal berpulang oleh orangtuanya saat usianya masih belia membuat Febri hanya memiliki kakek, Wayan Cakra (76) sebagai satu-satunya keluarga.

Ditemui di rumahnya di Banjar Tanah Bang Desa Kediri, Kediri Tabanan, Senin (20/3), Febri nampak ceria. Ia dan kakeknya, Wayan Cakra, tinggal di rumah dengan tiga kamar yang dindingnya sudah roboh.

Rumah yang ditempati saat ini sudah berusia 40 tahunan dan dindingnya ada yang roboh dan atapnya banyak yang bocor. Karenanya, Cakra dan Febri kedinginan saat tidur malam hari dan kehujanan saat hujan turun.

Baca juga:  Tata Kelola Keuangan, Pemerintah Desa Harus Kedepankan Akuntabilitas

Kakek Febri mengemukakan kekhawatirannya mengenai cucunya ini. Meski berusia enam tahun yang harusnya sudah mengeyam pendidikan Sekolah Dasar, Febri justru tidak mau sekolah. “Dia sudah saya masukkan ke SD dekat rumah. Tiap hari saya antar pakai sepeda gayung. Baru tiga bulan sudah tidak mau masuk lagi,” ujar Cakra.

Seribu cara sudah dilakukan Cakra agar cucunya ini mau sekolah. Tetapi Febri tetap tidak mau berangkat ke sekolah dan memilih untuk diam di rumah bersama kakeknya tersebut.

Cakra melanjutkan, ayah Febri adalah anak ke-3 dari enam orang anaknya bernama I Komang Sukarata. Ia meninggal karena sakit sekitar tiga tahun lalu.

Baca juga:  Sempat Nyabu di Rumah Jro Jangol, Oknum Satpam Dituntut 3,5 Tahun

Lalu cucunya yang ke dua atau adik Febri bernama Kadek Dharma meninggal saat usianya satu setengah tahun. Tidak sampai di sana, ibu Febri, I Nengah Merta menyusul suami dan anak bungsunya. Ia meninggal setahun yang lalu.

Mengenai sakit yang menyebabkan suami, cucu dan menantunya meninggal, Cakra mengaku tidak terlalu mengerti. “Mereka sempat dirawat lama di rumah sakit. Anak saya saja dua bulan dirawat sebelum akhirnya meninggal,” tuturnya sedih.

Karena sudah berumur dan sakit-sakitan, Cakra membesarkan Febri dengan meminta bantuan anak-anaknya yang lain. Terkadang anak perempuannya yang sudah menikah datang memberikan beras dan uang. Sementara dua anak laki-laki Cakra lainnya menikah keluar rumah atau nyentana.

Baca juga:  Desa Adat Penatih Puri Kukuhkan Bendesa Baru

Selama ini Cakra mengaku belum pernah mendapatkan bantuan dari program pemerintah. Ia ingin mendapatkan bedah rumah hanya tidak tahu caranya.

Ia berharap akan ada yang membantu terutama untuk masa depan Febri. Di usianya yang sudah hampir 80 tahun, Cakra hanya memiliki satu kekhawatiran yaitu masa depan cucunya tersebut. “Saya sudah tua. Hanya berpikir mengenai cucu saya. Apalagi anak ini tidak mau sekolah,” tuturnya khawatir. (Wira Sanjiwani/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *