Kepala Pelaksana BPBD Buleleng, I Gede Suyasa. (BP/Ist)

SINGARAJA, BALIPOST.com – Mengantisipasi potensi meningkatnya bencana hidrometeorologi saat puncak musim hujan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng mulai mempersiapkan pembentukan tim kecamatan tangguh bencana. Langkah ini merupakan upaya memperkuat respons cepat dan penanganan bencana hingga ke tingkat desa.

Kepala Pelaksana BPBD Buleleng, I Gede Suyasa saat dikonfirmasi, Kamis (27/11), menyampaikan pembentukan tim ini melibatkan lintas sektor. Mulai dari OPD terkait, TNI, Polri, Basarnas, PLN, hingga Forkom Perbekel dan camat se-Buleleng.

“Informasi dari BMKG menyebutkan potensi cuaca ekstrem diprediksi terjadi pertengahan Desember 2025 sampai Januari 2026. Karena itu kita perlu menyamakan langkah dan memperkuat koordinasi sebagai langkah kesiapsiagaan,” jelasnya.

Baca juga:  BPBD Bangli Siagakan Tim Reaksi Cepat Hadapi Bencana

Menurut Suyasa, tim kecamatan tangguh bencana ini akan bekerja layaknya Tim Reaksi Cepat (TRC), namun dengan jangkauan langsung ke desa. Mereka akan bertugas melakukan identifikasi kerawanan bencana, respons cepat, serta koordinasi dengan struktur pemerintahan dan sektor pendukung yang ada di bawah.

“Tim harus mampu berkoordinasi dengan Polsek, Koramil, puskesmas, dan relawan desa. Jadi saat terjadi bencana, respons bisa lebih cepat dan terarah,” tegasnya.

Selain pembentukan tim kecamatan, rapat kesiapsiagaan juga menghasilkan dua poin keputusan lain. Pertama, penyegaran TRC lintas sektor karena sejumlah personel sebelumnya diketahui sudah pensiun atau berpindah tugas. “Petugas yang tercantum dalam SK nantinya harus bisa dihubungi kapan pun saat situasi darurat,” ujarnya.

Baca juga:  Dampak Pandemi, Banyak LPD di Badung Hadapi Masalah Likuiditas

Suyasa tidak menampik, kebutuhan personel TRC saat ini masih jauh dari ideal. Saat ini BPBD Buleleng hanya diperkuat 19 personel TRC yang dibagi dalam tiga regu, sementara idealnya minimal diperlukan 40 orang.

“Dengan memperbanyak jejaring TRC di kecamatan, respons bencana di wilayah bisa ditangani lebih cepat,” imbuhnya.

Poin ketiga adalah rencana pembentukan posko kesiapsiagaan terpadu. Lokasi posko masih menunggu keputusan Sekda Buleleng selaku kepala BPBD. “Semua pihak sudah menyatakan siap mendukung. Harapannya Desember sudah mulai berjalan,” kata mantan Camat Tejakula ini.

Baca juga:  BPBD Telusuri Lokasi Gempa di Tejakula

Data BPBD mencatat, sejak Januari hingga Oktober 2025 telah terjadi 280 kejadian bencana di Buleleng. Bencana didominasi tanah longsor sebanyak 105 kejadian, cuaca ekstrem seperti pohon tumbang 53 kejadian, serta banjir 16 kejadian.

Suyasa menyebut risiko bencana hidrometeorologi tersebut tersebar merata di sembilan kecamatan di Kabupaten Buleleng. Pihaknya mengimbau masyarakat tetap meningkatkan kewaspadaan dan segera melapor melalui pemerintah desa bila terjadi bencana agar dapat segera ditangani.

“Bencana bisa terjadi kapan saja dan kepada siapa saja. Mitigasi sederhana bisa dimulai dari lingkungan rumah, seperti membersihkan saluran air atau memotong dahan pohon yang berisiko tumbang,” tandasnya. (Yudha/balipost)

BAGIKAN