Petugas melaksanakan pengasapan (fogging) di pemukiman warga di Siulan, Denpasar, beberapa waktu lalu. Penyemprotkan insektisida dalam bentuk kabut halus yang dilakukan Dinas Kesehatan Kota Denpasar ini sebagai upaya untuk mencegah Demam Berdarah Dengue (DBD).(BP/Eka)

DENPASAR, BALIPOST.com – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Denpasar mencatat 1.252 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) hingga pertengahan Oktober ini. Nampak setiap bulannya kasus cenderung melandai.

Berdasarkan data yang diberikan, pada Januari 2025 tercatat 167 kasus, lalu Februari melonjak tajam menjadi 316 kasus. Pada bulan Maret 2025 tercatat 243 kasus, menurun dibandingkan Februari.

Untuk April dan Mei tahun ini masing-masing tercatat 202 dan 122 kasus. Sementara untuk Juni 2025 tercatat sebanyak 76 kasus, Juli 69 kasus. Kemudian pada Agustus tercatat 22 kasus, September 31 kasus dan Oktober hingga tanggal 11 sebanyak 4 kasus.

Baca juga:  Seorang Pria Dikabarkan Terseret Arus Nusa Penida

Kepala Dinkes Kota Denpasar, A.A. Ayu Agung Candrawati, Kamis (16/10) mengatakan, kondisi cuaca cukup berpengaruh terhadap tingginya kasus DBD. Seperti halnya September jumlah kasus lebih tinggi dari Agustus dikarenakan sempat turun hujan lebat pada bulan September.

Meski demikian, untuk Oktober pihaknya belum bisa memastikan apakah tren penurunan masih terjadi. “Belum bisa dipastikan, cuaca tidak menentu, kadang hujan, kadang panas tinggi,” ungkapnya.

Terkait dengan jumlah kasus per desa/kelurahan, kasus DBD tertinggi terjadi di Desa Ubung Kaja sebanyak 137 kasus. Kemudian disusul Kelurahan Sesetan dengan 110 kasus, lalu Kelurahan Padangsambian dengan 92 kasus.

Baca juga:  Tren Kasus DBD dari Tahun ke Tahun Meningkat, Warga Gianyar Diminta Waspada

Dalam upaya menekan kasus, selama Oktober 2025, Dinas Kesehatan Kota Denpasar melakukan fogging ULV. Kegiatan ini dilakukan di 39 titik di seluruh wilayah Kota Denpasar selama rentang waktu 3 – 29 Oktober.

Selain itu, Dinas Kesehatan juga berkolaborasi dengan pihak Puskesmas di masing-masing wilayah kecamatan. Dimana secara intensif memberikan edukasi dan arahan ke warga terkait dengan gerakan 3M plus. Program dan gerakan 3M sendiri hingga saat ini, masih menjadi salah satu upaya optimal untuk dapat mencegah penyebaran nyamuk DBD di lingkungan sekitar kita.

Baca juga:  Panwaslu Klungkung Disomasi Paslon "Suwasta"

“Gerakan seperti menguras dan menutup rapat tempat penampungan air, juga mendaur ulang barang bekas penampungan hujan adalah upaya yang masih terus harus dilakukan. Karena ini dapat menekan penyebaran jentik nyamuk,” terang Candrawati.

Peran serta masyarakat, juga sangat diperlukan dalam upaya pencegahan penyebaran kasus DBD ini. Karena dalam langkah pemutusan siklus hidup nyamuk, semua kalangan masyarakat dapat berperan aktif. (Widi Astuti/balipost)

 

BAGIKAN