Sejumlah siswa di Pupuan menyantap makan bergizi gratis (MBG). (BP/Istimewa)

TABANAN, BALIPOST.com – Upaya menjaga keamanan pangan dan mencegah kasus keracunan makanan terus diperkuat Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Tabanan. Melalui pemantauan terhadap Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di seluruh wilayah, Dinkes memastikan pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) nantinya dapat berjalan aman dan sesuai standar higienitas.

Hal ini ditekankan dalam Rapat Konsultasi Publik Triwulan III tahun 2025 dengan topik “Optimalisasi Inspeksi Kesehatan Lingkungan pada Program Makan Bergizi Gratis dalam mengantisipasi Kejadian Luar Biasa (KLB) Keracunan Makanan.”, Kamis (23/10).

Dari rapat FKP tersebut dipaparkan di Kabupaten Tabanan setidaknya terdapat 15 SPPG yang tersebar di berbagai wilayah kerja Puskesmas di Kabupaten Tabanan. Dengan total terdapat 488 penjamah makanan, di mana 200 orang atau sekitar 40,9 persen telah memiliki sertifikat pelatihan pangan siap saji.

Baca juga:  Diduga Karena Ini, Penombak Ikan Ditemukan Meninggal

Sebaran SPPG di Tabanan mencakup wilayah kerja berbagai Puskesmas, antara lain Puskemas Tabanan 1 sebanyak 5 SPPG, Puskesmas Tabanan 3 sebanyak 1 SPPG, Puskemas Baturiti 1 sebanyak 1 SPPG, Puskesmas Kediri 1 sebanyak 3 SPPG, Puskesmas Kediri 3 sebanyak 1 SPPG, Puskemas Selemadeg, Puskemas Pupuan dan Puskemas Selemadeg Timur 1 masing masing 1 SPPG, dan Puskemas Kerambitan 2 sebanyak 2 SPPG.

SPPG di Tabanan setidaknya melayani 45.046 porsi Makanan Bergizi Gratis (MBG) setiap harinya untuk masyarakat, terutama di lembaga pendidikan dan fasilitas umum. Dari hasil evaluasi, rata-rata skor Indeks Kelayakan Lingkungan (IKL) mencapai 85,88 persen, masuk kategori rawan namun tetap aman dikonsumsi.

Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan, dr. Wayan Arya Putra Manuaba menyebutkan bahwa pelaksanaan MBG dan pengawasan SPPG merupakan bagian penting dalam antisipasi risiko keracunan makanan.

Baca juga:  Dua Hari Berturut-turut, Bali Catatkan Tambahan Pasien COVID-19 Meninggal

“Kami terus memperkuat pengawasan dan pembinaan terhadap pengelola SPPG agar seluruh proses pengolahan makanan memenuhi standar higienitas dan keamanan,” ujarnya.

Meski begitu, hasil pemantauan dari 20 puskesmas yang ada di Kabupaten Tabanan menunjukkan masih ada sejumlah persoalan yang harus segera dibenahi. Mengingat penyebab keracunan pangan yang sering ditemukan seperti bakteri misalnya saja adanya cemaran bakteri Salmonella Escherichia atau coli bacillus cereus dan masih banyak bakteri lainnya. Selain juga disebabkan virus atau kandungan kimia.

“Higienitas juga menjadi hal yang harus diperhatikan, saat ini SPPG di Tabanan sudah berproses untuk Surat Laik Hygiene Sanitasi (SLHS) yang masih dalam proses verifikasi oleh Dinas Kesehatan,” jelas dr. Arya.

Begitu juga dari hasil uji laboratorium, pernah ditemukan adanya cemaran bakteri E. coli pada air baku di salah satu SPPG, yang selanjutnya sudah ditindaklanjuti dengan mengganti menggunakan air kemasan. Selain masalah serupa juga ditemukan pada sumber daya manusia. Masih ada penjamah makanan tanpa sertifikat pelatihan pangan siap saji.

Baca juga:  Pemerintah Ingin Wadah “Tray” Makan Bergizi Gratis Buatan Industri Lokal

“Ke depan, pelatihan pangan siap saji akan terus kami dorong untuk standar higienitas, mulai dari cara mencuci peralatan hingga pengolahan makanan yang benar,” jelasnya.

Melalui hasil evaluasi dan forum konsultasi publik ini, Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan menegaskan komitmennya untuk meningkatkan mutu keamanan pangan melalui pembinaan berkelanjutan.

“Kami ingin memastikan seluruh makanan yang disajikan lewat SPPG aman, higienis, dan bergizi bagi masyarakat, sehingga tidak ada lagi kasus keracunan akibat pangan olahan,” tegas pihak Dinkes. (Puspawati/balipost)

BAGIKAN