Pedagang tengah menata sayur-sayurannya di pelataran Pasar Kumbasari, Denpasar. (BP/eka)

DENPASAR, BALIPOST.com – Kepala BPS Provinsi Bali Agus Gede Hendrayana Hermawan di Denpasar, Senin (1/12) menyampaikan, selain faktor hari raya, peningkatan permintaan sayuran dipicu oleh pelaksanaan program MBG (Makan Bergizi Seimbang).

Tim Satuan Pengendalian Pangan dan Gizi (SPPG) yang turun ke lapangan menemukan bahwa program ini memberikan dampak positif terhadap kenaikan konsumsi bahan pangan segar, terutama sayuran.

“Kami melihat langsung bagaimana program MBG ini mendorong permintaan bahan baku, salah satunya sayuran. Dan sayuran yang paling banyak diminati adalah wortel. Permintaannya semakin tinggi dan ini peluang bagi petani untuk meningkatkan produksi karena ada insentif harga,” ujarnya.

Baca juga:  Buntut Keracunan MBG, Juru Masak di Semua SPPG Dievaluasi

Ia menjelaskan, fenomena meningkatnya kebutuhan komoditas menyebabkan harga cenderung naik. Namun, kenaikan ini dinilai sebagai peluang bagi petani untuk memperoleh pendapatan lebih baik.

“Kalau permintaannya banyak, petani harusnya bisa berproduksi lebih optimal. Harga produksi pun meningkat, memberi ruang bagi petani untuk lebih sejahtera,” tambahnya.

Dalam sejumlah wawancara dengan pelaku usaha yang terlibat dalam program MBG, permintaan produk pertanian memang dikonfirmasi mengalami kenaikan. Wortel menjadi komoditas yang paling menonjol kontribusinya terhadap pergerakan harga.

Baca juga:  Sehari Belasan WNA Ditilang Manual, Terbanyak dari Negara Ini

Meski terjadi peningkatan kebutuhan sejak September, inflasi pada komoditas wortel tercatat masih terkendali.

Namun demikian, pola ini dinilai menarik oleh BPS Bali karena berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, di mana kenaikan harga wortel biasanya hanya terjadi saat produksi turun pada musim hujan.

“Sekarang justru inflasinya muncul lebih awal, kemungkinan karena permintaannya sedang tinggi,” katanya.

Selain karena program MBG, peningkatan konsumsi wortel juga disebut berkaitan dengan preferensi anak-anak yang semakin menyukai sayuran tersebut. (Suardika/bisnisbali)

Baca juga:  Terparah dalam Sejarah Bali: Banjir di 123 Titik, 9 Meninggal dan Sejumlah Fasum Rusak
BAGIKAN