Seorang peternak sedang berada di areal kandang babi miliknya. (BP/Istimewa)

BANGLI, BALIPOST.com – Harga babi di tingkat peternak kini jatuh di kisaran Rp35.000 per kilogram. Harga ini jauh di bawah harga sebelumnya yang sempat menyentuh Rp45.000, bahkan bertahan lama di atas Rp50.000 per kilogram.

Ketua Gabungan Usaha Peternak Babi Indonesia (GUPBI) Bangli, Sang Putu Adil, Senin (28/7), mengusulkan agar masyarakat mepatung massal. Upaya ini diklaimnya dapat menjadi jalan keluar yang efektif, menguntungkan baik peternak maupun masyarakat.

Mepatung massal bisa membantu mengurangi populasi babi di tingkat peternak. Dengan berkurangnya populasi diharapkan harga di tingkat peternak dapat kembali stabil.

Baca juga:  Permintaan Tinggi, Harga Babi di Peternak Bangli Alami Kenaikan

Di sisi lain mepatung ini juga memberikan keuntungan langsung bagi warga. Warga bisa mendapatkan daging babi dengan harga yang jauh lebih terjangkau dibandingkan harga di pasaran yang kini mencapai sekitar Rp90.000 per kilogram.

Ia pun mengajak masyarakat untuk menggalakkan mepatung massal di setiap desa. “Misalnya satu babi dipotong per 20-30 orang. Ini akan sangat membantu mengurangi populasi babi dan pada gilirannya akan membantu peternak di lingkungan kita,” jelasnya.

Peternak asal Jehem ini mengungkapkan bahwa dengan biaya produksi seekor babi yang mencapai Rp1,3 juta untuk bibit dan Rp2,5 juta untuk pakan selama lima bulan, harga jual ideal bagi peternak minimal Rp40.000 per kilogram. “Harga sekarang ini murah namanya. Peternak rugi,” ungkapnya.

Baca juga:  Harga Pakan Naik, Peternak Babi Kelimpungan

Penurunan harga babi kali ini disinyalir akibat populasi babi yang banyak, ditambah dengan kurang lancarnya pengiriman ke luar daerah. Daya serap pasar, baik di Bali maupun di luar Bali, juga sedang lesu.

Di tengah situasi saat ini, menurut Sang Putu Adil yang bisa dilakukan peternak saat ini adalah efisiensi khususnya pakan. Peternak harus cermat dalam pemberian pakan, pastikan sesuai kebutuhan dan tidak berlebihan untuk menghindari pemborosan.

Baca juga:  Atasi Anjloknya Harga Saat Panen, Petani Muda Bentuk Bali Food Industry

Ia juga menyarankan agar peternak menjual babi yang memang sudah siap panen. Menunda penjualan bisa berakibat kerugian lebih besar, terutama jika bobot babi melebihi 150 kilogram, karena akan semakin sulit dipasarkan. Bagi peternak yang tidak mampu melakukan penggemukan, peternak bisa mempertimbangkan penjualan babi dalam bentuk bibit atau babi guling. (Dayu Swasrina/balipost)

BAGIKAN