SEMARAPURA, BALIPOST.com – Upacara Padudusan Alit di Pura Goa Lawah Desa Adat Pesinggahan, Klungkung, akhirnya masineb, pada Jumat, 16 Mei 2025. Prosesi panyineban diwarnai dengan persembahyangan bersama, setelah Padudusan Alit berlangsung selama empat hari, sejak puncak upacara berlangsung bertepatan dengan Anggara Kasih Medangsia.
Panyineban merupakan upacara penutup atau pemungkas dalam rangkaian upacara keagamaan Hindu Bali, khususnya dalam pelaksanaan pujawali atau piodalan.
Panitia Pura Goa Lawah Putu Juliadi, mengatakan Padudusan Alit kapuput Ida Pedanda Istri Anom dari Gria Jumpung Anyar Desa Dawan Klod. Sulinggih ini muput di Utama Mandala Pura Goa Lawah. Sementara Ida Pedanda Gede Karang Putra Keniten dari Gria Satria Kanginan muput upacara di Pura Pucak Sari.
Para pamedek yang tangkil, diatur masuk ke jeroan utama pura dengan sistem kartu. Agar dalam persembahyangan nantinya bisa berlangsung nyaman, tenang, aman dan tertib. Sementara, terkait kepadatan pamedek, diantisipasi dengan penyediaan tempat parkir yang memadai. Mulai dari areal luas di barat pura dan timur pura, yang cukup memudahkan umat memarkir kendaraannya. Ada pula rest area Pantai Goa Lawah, yang cukup luas untuk parkir kendaraan.
Pihaknya tetap mengimbau kepada umat Hindu agar tidak membawa kantong plastik, untuk mengurangi penggunaan plastik, sebagaimana komitmen yang telah ditekankan pemerintah daerah. Sementara bagi wisatawan bagi lokal maupun mancanegara yang hendak berkunjung ke Pura Goa Lawah, juga tidak diperkenankan masuk ke utama mandala pura.
Bendesa Adat Pesinggahan, Wayan Sujana menambahkan seluruh prosesi Padudusan Alit telah berlangsung dengan lancar dan disambut antusias para pamedek. Usai prosesi panyineban, Sujana juga menyampaikan permohonan maaf, apabila selama pelaksanaan padudusan alit, ada pamedek yang tidak nyaman. Karena keterbatasan tempat dalam melaksanakan persembahyangan. “Padudusan Alit telah berlangsung dengan baik. Enam bulan berikutnya, akan digelar Padudusan Agung. Ida Bhatara katur nyejer selama tujuh hari,” katanya.
Perlu diketahui, Pura Goa Lawah dikenal sebagai salah satu Sad Kahyangan di Bali. Di Pura yang dihuni ribuan lawah (kelelawar) ini, merupakan linggih Ida Bhatara Maheswara. Selain karya Padudusan Alit, enam bulan berikutnya akan digelar karya Padudusan Agung. Sehingga dalam setahun, pura Goa Lawah menggelar dua karya berbeda.
Padudusan Alit terkandung makna ritual pembersihan dan penghormatan terhadap Dewa-dewa serta kekuatan alam yang dijaga oleh Pura Goa Lawah. Serta pemohon keselamatan dan kesejahteraan bagi semua makhluk hidup. Terlebih, Pura Goa Lawah juga dikenal sebagai pusat prosesi nyegara-gunung, yaitu tempat pemujaan terhadap kekuatan laut dan gunung. (gik)