TABANAN, BALIPOST.com – Desa Adat Kelating, Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan menginisiasi langkah untuk mengubah pandangan bahwa pelaksanaan upacara agama Hindu selalu identik dengan biaya besar.
Untuk pertama kalinya, desa adat ini menggelar upacara bayuh oton massal dan sapuh leger gratis bertempat di Pura Dalem Kelating, bekerja sama dengan Yayasan Siwa Murti Bali serta Rsi Agung dari Wang Bang Pinatih, pada Minggu, 10 Agustus 2025.
Bendesa Adat Kelating, I Dewa Made Maharjana mengatakan, program ini lahir dari kepedulian desa adat terhadap warga yang belum mampu melaksanakan upacara nanggap wayang saat kelahiran di Tumpek Wayang, yang diyakini memiliki kekuatan khusus sehingga harus di-bayuh sapuh leger.
Tak hanya itu, banyak pula anak-anak maupun orang tua yang belum pernah bayuh oton, sehingga upacara massal ini digelar untuk meringankan beban masyarakat.
“Dimana ada kebutuhan masyarakat, desa adat wajib hadir. Kami ingin membuktikan bahwa upacara tidak harus mahal. Sebelumnya kami juga sudah mengadakan ngaben massal, matatah massal, dan nyambutin massal,” ujar Dewa Maharjana.
Antusiasme masyarakat pun luar biasa. Dari ribuan peserta yang mendaftar, pihak panitia hanya bisa membatasi sampai 630 pendaftar saja, karena keterbatasan area Pura. Bahkan dari peserta tersebut ada juga yang berasal dari berbagai daerah seperti Karangasem, Singaraja, Jembrana, hingga Denpasar.
“Seluruh prosesi digratiskan. Peserta hanya diminta membawa pejati, tirta dari Bhatara Hyang Guru di merajan masing-masing, serta perlengkapan sembahyang,” terangnya.
Untuk rangkaian prosesi upacara ini dipuput tiga sulinggih, yakni Ida Ratu Nabe Rsi Agung Yoga Sidhi Bang Pinatih dari Griya Agung Wang Bang Pinatih, Padangsambian, Ida Pedanda Gede Putra Sidanta Manuaba dari Griya Bantas Galiukir, Pupuan Tabanan serta Ida Pandita Mpu Acarya Daksa Manik Mas dari Griya Agung Segara Giri Salokya, Kelating Tabanan.
Melihat tingginya minat masyarakat, Desa Adat Kelating mempertimbangkan menjadikan program ini sebagai agenda rutin. Upacara massal ini adalah bentuk nyata gotong royong dan kepedulian adat terhadap umat, agar tidak ada lagi alasan menunda upacara karena biaya. (Puspawati/balipost)