Wisatawan Tiongkok berlibur ke Bali saat perayaan Imlek 2018. (BP/dok)

DENPASAR, BALIPOST.com – Pemerintah Provinsi Bali menargetkan kunjungan wisatawan Cina ke Bali pada tahun 2019 sebanyak 1,5 juta – 1,6 juta. Berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali pada November 2018, kunjungan Cina turun 37,51%, menduduki posisi kedua, yang sebelumnya selalu peringkat satu kunjungan tertinggi ke Bali.

Untuk dapat menggairahkan kembali kunjungan wisatawan Cina ke Bali, Wakil Gubernur Bali bersama stakeholder pariwisata membuat festival Chinese New Year (Imlek) pada Februari. Strategi yang digunakan adalah mengikat wisatawan Cina dengan hubungan budaya yang terjalin antara Bali dan Cina sejak jaman dulu. “Jadi ini, salah satu tools yang kita pakai,” kata Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati, Wakil Gubernur Bali, Kamis (17/1).

Dengan festival ini, ia ingin mengembangkan daya tarik baru untuk Bali khususnya di Batur, Kintamani dengan mengangkat budaya. Festival yang dipusatkan di depan Pura Batur, Kintamani ini akan mengangkat cerita Dalem Balingkang.

Baca juga:  Kesulitan Bayar Cicilan, Sejumlah Bank dan Leasing Siap Berikan Keringanan

Dengan bekerjasama dengan Bali Liang, pada 6 Februari, sekitar 1.500 – 1.600 orang wisatawan Tiongkok yang ada di Bali diarahkan ke Batur. Selama satu hari wisatawan Tiongkok akan dijamu di sana.

Pihaknya juga akan menyiapkan makan siang di sana. “Jadi ini bukan pesta rakyat, bukan pesta pariwisata tapi ini pesta akulturasi budaya,” tandasnya.
Di dalam agenda itu, wisatawan Cina akan diberikan penjelasan dalam Bahasa Cina dan dibuatkan narasi tentang hubungan Bali dengan Cina melalui kisah Dalem Balingkang. Dilanjutkan dengan menonton parade.

Klimaksnya adalah pementasan fragmen Balingkang. “Setelah itu jika ia mau menyusuri situs–situs itu kita siapkan, mau dia ke Balingkang, ke Penulisan, ke Pura Kehen kita siapkan semua. Jadi satu hari itu masih ada sisa untuk dia melanjutkan perjalanannya,” bebernya.

Baca juga:  Tingkatkan Produksi Kopi, Bangli akan Kembangkan Pembibitan di Desa Catur

Kintamani dipilih sebagai pusat festival karena pengembangan pariwisata di Bali disesuaikan dengan karakteristik wilayah. Maka ketika berbicara dengan wisatawan Cina, lokusnya adalah di Batur, Kintamani yang merupakan pusat perkembangan peradaban Cina. Karena peradaban tersebut berkembang di Batur, Kintamani, terutama di daerah Pinggan dan Songan. “Sehingga mereka tahu bahwa Bali adalah saudara mereka,” pungkasnya.

Hubungan Bali dengan Cina tidak semata-mata hubungan pariwisata. Sebab jika mengikat dua wilayah atau dua bangsa ini yaitu Bali dan Cina dengan pariwisata, dikatakan sangat rentan. “Nah kami ingin mengikat hubungan ini dengan hubungan budaya. Sehingga walaupun bagaimana kondisi pariwisata, keamanan, politik, dan sebagainya, dia tidak akan pisahkan kita,” jelasnya.

Baca juga:  Awasi Penambangan Batu Padas, DLH Intesifkan Tim Pengawsan

Ketua Bali Tourism Board (BTB) IB Agung Partha Adnyana mengatakan kisah romance di dunia tidak pernah habis. Romeo and Juliet contohnya. Semua orang tahu sampai ke kampung pun mengetahui kisah itu. Di Bali juga ada kisah romance yaitu Jaya Pangus dan Kang Cing Wie dan Dewi Danu.

Cinta segitiga itu telah menorehkan kisah cinta yang romantis. “Kita harus kemas agar orang antusias menonton,” imbuhnta.

Sementara Kintamani sudah dari dulu terkenal, sejak 100 tahunan lebih. Maka dari itu ia ingin memperkenalkan daerah itu sebagai daerah teromantis di dunia dengan festival ini. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *