Ogoh-ogoh. (BP/dok)

SEMARAPURA, BALIPOST.com – Menjelang Nyepi dua bulan lagi, sejumlah kelompok pemuda yang tergabung dalam Sekaa Teruna Teruni (STT), mulai berencana membuat ogoh-ogoh. Tetapi, mereka ragu, karena belum ada kepastian dari pemerintah daerah.

Sebab, perayaan Nyepi tahun ini, sangat berdekatan dengan Pemilu legislatif dan presiden, yang dikhawatirkan rentan ditunggangi kepentingan politik praktis. Wakil Ketua DPRD Klungkung, I Wayan Buda Parwata, Jumat (11/1), mengatakan pembuatan ogoh-ogoh, sudah menjadi tradisi dalam kehidupan adat budaya di setiap banjar hingga desa.

Ia sepakat, masyarakat khususnya kalangan pemuda butuh kepastian dari pemerintah daerah, agar tidak merasa dirugikan, jika tiba-tiba nanti ada kebijakan yang justru melarang pembuatan ogoh-ogoh. “Kami menyarankan eksekutif, khususnya bupati, untuk memberikan kepastian, sekaligus sebagai dukungannya terhadap kreativitas generasi muda,” kata politisi Hanura ini.

Baca juga:  Anggaran Penanganan Rabies Harus Dipertanggungjawabkan

Buda Parwata menilai, Bupati Suwirta, memiliki kedekatan khusus dengan STT di desa. Ini setidaknya dapat dibuktikan kesediaan bupati hadir dalam setiap kegiatan STT di sejumlah desa.

Bahkan, dalam setiap kehadirannya itu, Bupati Suwirta, juga sering menyampaikan terhadap kreativitas generasi muda. Dia berharap dukungan ini dapat diimplementasikan dalam dukungan membuat ogoh-ogoh menyambut pelaksanaan Nyepi.

Kreativitas anak muda, menurutnya sejalan dengan misi pemerintah daerah yang mengendepankan inovasi. Sebab, dasar inovasi, tentu adalah kreativitas yang tinggi yang dibina sejak dini. “Saya berharap pemerintah bisa memberikan ruang kreativitas anak muda di Klungkung, meski memasuki tahun politik 2019. Klungkung selama ini tetap damai dengan digelorakannya program Gema Santi,” ujarnya.

Baca juga:  Ini Peraih Nilai Tertinggi Lomba Ogoh-ogoh di Denpasar

Dia mengakui, tahun politik sangat rentan dengan adanya pergerakan massa. Apalagi, berkaitan dengan kegiatan tradisi dalam adat dan budaya.

Namun, menurutnya walaupun ada sedikit kekhawatiran dengan tahun politik ini, pemerintah bisa melarang pembuatan ogoh-ogoh yang bermuatan politik. Peran Desa Pakraman dan Jajaran Pemerintah Desa juga harus memberikan dukungan terhadap pelestarian adat dan budaya Bali, sehingga Sekaa Truna bisa lebih kreatif menampilkan seni dan budaya warisan leluhurnya. “Dengan dukungan semua komponen termasuk Kepolisian dan TNI, kegiatan ogoh-ogoh kita pastikan bisa berjalan kondusif dan aman,” katanya.

Baca juga:  Cegah Perusakan Ogoh-ogoh, Aparat Fokus Patroli ke Banjar

Dihubungi terpisah, Bupati Klungkung Nyoman Suwirta, Jumat (11/1), mengaku sudah mendengar harapan generasi muda, agar diperbolehkan membuat ogoh-ogoh. Namun, untuk kepastiannya diperbolehkan atau tidak, dia mengaku akan berbicara lebih dulu dengan PHDI dan MMDP sebelum membuat keputusan.

Ia meminta semua pihak yang ingin membuat ogoh-ogoh menunggu informasi lebih lanjut. “Saya akan rapatkan dulu dengan PHDI dan MMDP. Rencana kami bertemu hari Senin. Setelah dirapatkan akan segera disampaikan hasilnya,” katanya. (Bagiarta/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *