Umat Hindu melakukan persembahyangan saat puncak karya di Pura Peninjoan. (BP/nan)

AMLAPURA, BALIPOST.com – Pelaksanaan puncak Karya di Pura Peninjoan Besakih, di Banjar Batumadeg, Besakih, Rendang, Karangasem, Kamis (15/11) kemarin. Dalam puncak karya tersebut, turut dihadiri Wakil Bupati Karangasem I Wayan Artha Dipa. Selainitu, umat Hindu juga tangkil untuk melakukan persembahyangan.

Letak Pura ini agak ke barat-laut dari Pura Batu Madeg, melalui jalan setapak, menuruni lembah dan menyelusuri pinggir sungai kering tegalan penduduk. Perjalanan kurang lebih sekitar 15 sampai 25 menit. Di sana terdapat sebuah Meru tumpang 9.

Baca juga:  Jasad Korban Jatuh ke Laut Masih di RSUD Karangasem, Ternyata Korban Selamat Bukan Mertuanya

Dari tempat inilah konon Empu Kuturan meninjau wilayah Desa Besakih yang sekarang menjadi tempat pelinggih-pelinggih di Pura Penataran Agung dan sekitarnya, sewaktu beliau merencanakan pembangunan dan memperluas Pura Besakih ini. Di tempat inilah Empu Kuturan menjalankan tapa yoga samadhi bila beliau ke Besakih.

Ajaran-ajarannya tentang tata cara membangun pura, membuat pelinggih meru, kahyangan tiga, Asta Kosala Kosali dan lain-lainnya sampai sekarang masih dipraktekkan oleh segenap lapisan masyarakat Hindu. Setelah beliau wafat beliau, tidak lagi disebut Empu Kuturan, tetapi Bhatara Empu Kuturan, karena beliau dipandang sebagai Awatara atau Dewa Kemanusiaan tidak ternilai besar jasanya dalam menuntun masyarakat Umat Hindu dan untuknya distanakan di Meru tumpang 9 di Pura Peninjoan ini, selain di tempat-tempat lain seperti di Silayukti (Padangbai – Karangasem).

Baca juga:  Gubernur Koster Tinjau Pembangunan Pelindungan Kawasan Suci Besakih, Minta Rampung November

Dari Pura Peninjoan, semua pelinggih di Pura Penataran Agung dapat dilihat dengan jelas, demikian pula pantai dan daratan pulau Bali di sebelah selatan kelihatan indah sekali. Selain dari meru tumpang 9, pura ini juga dilengkapi dengan dua buah Bale Pelik dan Piyasan.

Bendesa Adat Besakih, Jro Mangku Widiarta mengatakan dudonan karya berlangsung selama tiga hari. “Penganyar hingga penyineban berlangsung sampai 18 November 2018. Piodalan di Pura Peninjoan yang jatuh pada hari Wraspati Wage Tolu dipuput oleh Ida Pedande Siwa dari Geria Bangli dan Ida Pedanda Budha Ala Kajeng dari Geria Nongan,” jelasnya. (Eka Parananda/balipost)

Baca juga:  Anggara Kasih Medangsia, Pura Uluwatu Gelar Pujawali
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *