
DENPASAR, BALIPOST.com – Bali sebagai destinasi wisata kelas dunia, terus berupaya meningkatkan daya saingnya melalui berbagai proyek infrastruktur strategis yang dirancang untuk menjadikan Bali lebih maju, nyaman, dan berdaya saing global.
Ada beberapa proyek infrastruktur strategis yang telah dan sedang dirancang dalam kurun waktu 5 tahun ke depan.
Di antaranya, restorasi Parhyangan Pura Agung Besakih di Karangasem, pembangunan kawasan Pusat Kebudayaan Bali di Klungkung, pengembangan pembangunan Turyapada Tower di Buleleng, pembangunan jalan baru menghubungkan Pura Batur dan Pura Besakih, pembangunan jalan baru Sang Hyang Ambu menghubungkan Kabupaten Klungkung dan Karangasem, dan jalan baru Berina menghubungkan Karangasem dan Buleleng.
Selain itu ada juga pembangunan jalan Shortcut Titik 9-10 Singaraja ke Mengwi, pembangunan kawasan terpadu Pelabuhan
Amed di Karangasem, Pelabuhan Sangsit di Buleleng, proyek jalan baru di Kota Denpasar, pembangunan gedung parkir Sanur, pembangunan pusat olahraga Provinsi Bali di Bangli, jalan Tol Gilimanuk-Mengwi, dan pembangunan Subway MRT Denpasar-Badung-Gianyar.
Gubernur Bali, Wayan Koster mengungkapkan seluruh proyek infrastruktur strategis tersebut ditargetkan rampung pada 2028. Koster mengatakan restorasi Parhyangan Pura Agung Besakih akan dimulai pada 2026.
Ia ingin memastikan palinggih di Besakih tetap terjaga kebersihan dan keindahannya. Sementara di kawasan Pura Batur akan
dibangun gedung parkir guna mengurangi kemacetan.
Selain itu, pembangunan Pusat Kebudayaan Bali di Klungkung juga menjadi prioritas. Koster mengeklaim banyak pihak ketiga yang tertarik bekerja sama dengan Pemprov Bali. Proyek ini direncanakan mulai akhir 2025.
Begitu juga proyek Tower Turyapada selesai pada pertengahan 2026. Selain itu, ia berencana membangun jalan baru yang menghubungkan Pura Batur dan Pura Besakih, serta gedung parkir di Batur guna mengurangi kemacetan.
Jalan Baru Klungkung-Karangasem
Pemprov Bali juga akan membangun jalan baru dari Klungkung menuju Karangasem yang dinamakan Jalan Sang Hyang Ambu. Jalan ini merupakan bagian dari Jalan Lingkar Bali dan akan memiliki terowongan sepanjang 200 meter. Begitu juga jalan baru Berina menghubungkan Karangasem-Buleleng.
Selain itu, proyek jalan shortcut Singaraja-Mengwitani titik 9-10 akan dilanjutkan. Proses tender direncanakan pada pertengahan 2025.
“Kalau sudah selesai, 2026 dilanjutkan titik 11-12 sampai tuntas. Kami juga akan siapkan bus listrik dari Buleleng ke Denpasar, berangkat pagi pulang sore,” ujar Gubernur Koster.
Tidak hanya itu, beberapa pelabuhan seperti Amed di Karangasem dan Sangsit di Buleleng akan dibangun serta dikembangkan untuk meningkatkan perekonomian berbasis wisata di wilayah timur Bali.
Di Denpasar, Koster merencanakan pembangunan jalan baru di Sunset Road-Mahendradatta dan Gatot Subroto-Canggu, serta pembangunan beberapa underpass di Jalan Ahmad Yani, Jalan Tohpati, dan Jimbaran.
Selain itu, Sanur akan dilengkapi dengan gedung parkir serta jalan shuttle yang menghubungkan gedung parkir ke pelabuhan. Pembangunan jalan baru Simpang Akasia-Padang Galak juga masuk dalam rencana.
Koster juga akan membangun Pusat Olahraga Bali di Bangli dengan pendanaan dari Pemprov Bali dan Pemkab Badung.
Selain itu, proyek Jalan Tol Gilimanuk-Mengwi dipastikan tetap berjalan, dan pembangunan subway di wilayah Bali Selatan juga masuk dalam rencana. Pendanaan proyek-proyek ini akan dilakukan secara bersama antara Pemprov Bali dan pemerintah kabupaten/kota terkait.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, Perumahan, dan Kawasan Permukiman (PUPRKIM) Provinsi Bali, Nusakti Yasa Wedha menambahkan penanganan kemacetan menjadi salah satu prioritas utama Pemprov Bali saat ini. Mengingat tingginya volume kendaraan di wilayah strategis seperti Denpasar, Badung, Gianyar, dan sekitarnya.
Untuk itu, Pemerintah Provinsi Bali merancang dan melaksanakan pembangunan shortcut pada jalur-jalur dengan tingkat kepadatan lalu lintas tinggi, seperti Singaraja – Mengwitani, serta ruas-ruas penghubung antar daerah dan kawasan pariwisata. Pengembangan dan pelebaran jalan, termasuk penataan simpang dan sistem manajemen lalu lintas berbasis teknologi.
Pembangunan underpass pada titik-titik simpul kemacetan, yang bekerja sama dengan Pemerintah Pusat dan Kabupaten/Kota. Penguatan transportasi publik melalui pengembangan jaringan Trans Metro Dewata dan penyediaan fasilitas angkutan massal rendah emisi untuk mendorong peralihan dari kendaraan pribadi ke moda transportasi umum.
Pengembangan dan Revitalisasi Pelabuhan Penyeberangan dan Logistik, seperti Pelabuhan Celukan Bawang, Sangsit, Amed, Tanah Ampo dan Kusamba guna mendukung mobilitas masyarakat dan distribusi barang antarwilayah dan antarpulau.
Pembangunan Kereta Api Bawah Tanah (Subway) yang saat ini sedang dalam tahap kajian awal, sebagai salah satu solusi jangka panjang untuk mengurangi beban lalu lintas permukaan di wilayah perkotaan dan destinasi wisata utama.
Selain itu, infrastruktur pengelolaan sampah dan lingkung juga mendesak dilakukan dengan pengembangan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST), TPA berbasis teknologi RDF, serta sistem pengumpulan dan pengangkutan berbasis kawasan. Serta revitalisasi sistem drainase perkotaan untuk mengurangi banjir dan genangan di kawasan padat penduduk.
Infrastruktur air bersih dan sanitasi juga mendesak dilakukan melalui penguatan jaringan air minum perpipaan dan sistem irigasi untuk mendukung ketahanan air di wilayah terdampak kekeringan maupun kawasan wisata padat. Peningkatan akses terhadap sanitasi layak dan fasilitas MCK berbasis masyarakat.
Sementara, untuk menciptakan kemandirian dan mengurangi ketergantungan Provinsi Bali terhadap pariwisata, infrastruktur yang mendukung ketahanan pangan lokal, seperti sistem irigasi modern, gudang pangan, dan pasar induk, serta energi bersih dan terbarukan seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) juga menjadi bagian dari pembangunan prioritas yang perlu dipercepat. (Ketut Winata/balipost)