
TABANAN, BALIPOST.com – Ketersediaan beras di Kabupaten Tabanan dipastikan dalam kondisi aman hingga akhir tahun 2025, bahkan diproyeksikan tetap mencukupi sampai Maret 2026. Berdasarkan perhitungan stok dan kebutuhan beras periode September hingga Desember 2025, Tabanan mencatat surplus beras mencapai 28.264 ton, jauh di atas kebutuhan konsumsi masyarakat.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Tabanan, Dewa Ayu Putu Sri Widyanti menegaskan, surplus tersebut menjadi indikator kuat ketahanan pangan daerah tetap terjaga, termasuk untuk menghadapi awal tahun 2026.
“Berdasarkan hasil perhitungan ketersediaan dan kebutuhan, beras di Kabupaten Tabanan sampai dengan Desember 2025 berada dalam kondisi mencukupi. Bahkan jika melihat tren produksi dan stok yang ada, ketersediaan ini aman hingga Maret 2026,” ujarnya.
Ia menjelaskan, total ketersediaan beras di Tabanan saat ini mencapai 43.196 ton, yang bersumber dari produksi beras hasil panen petani serta Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) Kabupaten Tabanan. Sementara, kebutuhan beras masyarakat selama empat bulan terakhir tahun ini tercatat 14.932 ton.
“Dengan kebutuhan sekitar 3.700 ton per bulan, stok yang tersedia sangat memadai. Artinya, masyarakat tidak perlu khawatir terhadap ketersediaan beras,” kata Sri Widyanti.
Lebih lanjut dijelaskan, Cadangan Beras Pemerintah Kabupaten Tabanan saat ini mencapai 29.810 ton dan tersimpan aman di gudang. Cadangan tersebut disiapkan sebagai bantalan strategis untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga, khususnya menjelang hari besar keagamaan, akhir tahun, hingga awal tahun berikutnya.
“Cadangan ini kami siapkan untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan, mulai dari gangguan distribusi, lonjakan harga, hingga kondisi darurat seperti bencana alam,” jelasnya.
Dari sisi produksi, potensi panen padi periode September hingga Desember 2025 tersebar di seluruh kecamatan dengan total luas panen mencapai 13.373 hektare. Dengan rata-rata produktivitas 59,81 kwintal per hektare, total produksi gabah kering panen diperkirakan mencapai 79.984 ton, yang setelah dikonversi menjadi beras menghasilkan sekitar 43.166 ton.
Menurut Sri Widyanti, kontribusi produksi terbesar masih berasal dari Kecamatan Kediri, Tabanan, dan Penebel, yang selama ini dikenal sebagai sentra padi. Produksi beras diprediksi mencapai puncaknya pada Oktober dan November 2025, masing-masing sebesar 12.511 ton dan 13.883 ton, sehingga semakin memperkuat stok daerah.
“Panen pada Oktober dan November menjadi penopang utama stok beras. Ini yang membuat kami cukup optimistis memasuki awal 2026 ketersediaan tetap aman,” ujarnya.
Sementara itu, kebutuhan beras masyarakat Tabanan dihitung berdasarkan jumlah penduduk 479.889 jiwa, dengan konsumsi rata-rata 0,289 kilogram per kapita per hari. Dengan kebutuhan beras per bulan sekitar 3.733 ton, total kebutuhan selama empat bulan hanya 14.932 ton.
“Dengan kondisi surplus yang cukup besar ini, kami memastikan ketersediaan beras di Tabanan tetap aman hingga Maret 2026. Pemerintah daerah juga akan terus melakukan pemantauan stok dan harga secara berkala agar stabilitas pangan tetap terjaga,” pungkasnya. (Puspawati/balipost)










