Kepala BPS Bali Agus Gede Hendrayana Hermawan merilis inflasi Bali pada November 2025. (BP/dik)

DENPASAR, BALIPOST.com – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali mencatat perkembangan harga berbagai komoditas pada November 2025 menunjukkan tren kenaikan secara tahunan.

Pemantauan dilakukan di empat daerah perwakilan, yaitu Kota Denpasar, Singaraja, Kabupaten Badung, dan Kabupaten Tabanan.

Kepala BPS Bali Agus Gede Hendrayana Hermawan, Senin (1/12), menyampaikan inflasi year-on-year (y-on-y) Bali pada November 2025 mencapai 2,51 persen, ditandai dengan naiknya Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 107,54 pada November 2024 menjadi 110,24 pada November 2025.

Sementara itu, inflasi tahun kalender (year to date) tercatat 2,20 persen, dan inflasi bulanan (m-to-m) berada pada level 0,40 persen, yang dinilai masih stabil di tengah berbagai tekanan harga.

Baca juga:  Selama Masa Angkutan Lebaran 2024, KAI Layani 4,39 Juta Penumpang

“Tekanan harga sebenarnya cukup banyak, tetapi inflasi November masih relatif stabil di 0,4 persen,” ujarnya di Denpasar.

Secara tahunan, inflasi tertinggi terjadi di Kota Denpasar sebesar 3,26 persen dengan IHK 111,47. Sementara inflasi terendah tercatat di Kabupaten Badung sebesar 1,61 persen dengan IHK 107,33.

Agus mengatakan BPS mencatat secara historis, November memang konsisten mengalami inflasi dalam empat tahun terakhir. Menariknya, meski tekanan harga pada tahun ini relatif kuat, tingkat inflasi Bali justru lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya.

Baca juga:  INACA Diminta Percepat Pemulihan Penerbangan Nasional

Diakui, inflasi y-on-y pada November dipengaruhi peningkatan harga pada sepuluh kelompok pengeluaran, di antaranya, makanan, minuman, dan tembakau naik 3,75 persen, kesehatan naik 3,34 persen, pendidikan naik 3,13 persen, perawatan pribadi dan jasa lainnya naik 4,65 persen, perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga naik 1,37 persen.

“Adapun satu kelompok pengeluaran mengalami penurunan, yaitu informasi, komunikasi, dan jasa keuangan yang turun 0,24 persen,” paparnya.

Disebutkan sejumlah komoditas memberi andil terbesar terhadap inflasi tahunan, di antaranya beras, cabai merah, emas perhiasan, canang sari, bawang merah, wortel, papaya, sewa rumah, Sigaret Putih Mesin (SPM) dan SKM, daging ayam ras, tongkol diawetkan, kopi bubuk dan bimbingan belajar.

Baca juga:  Ekspansi Ritel Modern Tak Terpengaruh Tahun Politik

“Beberapa komoditas justru memberikan sumbangan deflasi, seperti daging babi, tomat, bawang putih, buncis, angkutan udara, shampo, dan beberapa jenis pakaian,” sebutnya.

Sementara pada inflasi bulanan, komoditas yang paling dominan mendorong kenaikan harga adalah canang sari, bawang merah, daging babi, wortel, tomat, jeruk, pisang, emas perhiasan, kangkong, cabai rawit, telur ayam ras, laundry, SPM dan SKM. (Suardika/bisnisbali)

BAGIKAN