Kepala BPS Provinsi Bali Agus Gede Hendrayana Hermawan di Denpasar. (BP/Dik)

DENPASAR, BALIPOST.com – Perekonomian Bali pada triwulan III-2025 tetap tumbuh solid di atas lima persen, yakni sebesar 5,88 persen (y-on-y), meskipun mengalami perlambatan dibandingkan triwulan II-2025.

Meskipun sedikit melambat dibandingkan triwulan II-2025, pertumbuhan tersebut masih konsisten berada di atas lima persen dan menunjukkan fondasi ekonomi Bali yang tetap solid.

Kepala BPS Provinsi Bali Agus Gede Hendrayana Hermawan di Denpasar menegaskan perlambatan ini bersifat musiman, bukan penurunan kinerja ekonomi. Secara historis puncak aktivitas ekonomi Bali terjadi pada triwulan II seiring dengan masa liburan dan panen padi.

“Bukan turun, tapi tumbuh melambat. Karena musimnya memang begitu. Peak ekonomi kita di triwulan II. Jadi bukan menurun, hanya pertumbuhannya tidak sebesar sebelumnya,” ujarnya Rabu (5/11).

Pertumbuhan ekonomi triwulan III-2025 didorong oleh peningkatan permintaan wisatawan dan konsumsi domestik, yang turut memperkuat aktivitas produksi di berbagai lapangan usaha. Kenaikan konsumsi listrik bisnis sebesar 8 persen dan industri 5 persen juga menjadi indikator meningkatnya aktivitas produksi di Bali.

Baca juga:  Terdepan Terapkan ESG, BRI Dinilai Unggul di ‘Investasi Hijau’

Menurutnya hampir seluruh lapangan usaha penyusun PDRB Bali tumbuh positif secara tahunan, kecuali Jasa Keuangan dan Asuransi yang terkontraksi 5,09 persen. Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar 11 persen, disusul Jasa Perusahaan (9,74 persen), Jasa Pendidikan (9,39 persen), Administrasi Pemerintahan dan Pertahanan (8,87 persen), serta Jasa Lainnya (7,90 persen).

Peningkatan kunjungan wisatawan menjadi pendorong utama. Jumlah wisatawan mancanegara mencapai 2,02 juta kunjungan, naik 9,74 persen dibandingkan tahun sebelumnya, sementara wisatawan nusantara tumbuh 23,17 persen menjadi 6,81 juta kunjungan. Lonjakan tersebut menggerakkan sektor pariwisata, jasa perjalanan, hingga hiburan dan rekreasi.

Sementara itu, sektor Jasa Keuangan dan Asuransi menjadi satu-satunya yang terkontraksi akibat penurunan kinerja perbankan, dengan nilai tambah bank umum terpangkas sekitar 1 persen (y-on-y).

Baca juga:  Ekonomi Bali Masih Bergantung pada Pariwisata

Agus Gede Hendrayana menyampaikan, struktur PDRB Bali masih didominasi sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum dengan nilai tambah Rp18,98 triliun atau 23,07 persen dari total PDRB. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan menyumbang 12,95 persen, diikuti Transportasi dan Pergudangan sebesar 10,48 persen.

Secara keseluruhan, kontribusi pertumbuhan ekonomi terbesar Bali triwulan III-2025 berasal dari Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum (2,14 persen), diikuti Perdagangan Besar dan Eceran (0,67 persen), serta Jasa Pendidikan (0,48 persen).

Ditambahkan berdasarkan catatan peristiwa yang terjadi di Triwulan III 2025 di Bali yaitu adanya aktivitas pariwisata dan konsumsi masyarakat di mana jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan perjalanan wisatawan nusantara meningkat masing-masing sebesar 9,74 persen dan 23,19 persen (y-on-y). Jumlah keberangkatan penumpang internasional dari Bandara I Gusti Ngurah Rai meningkat sebesar 8,31 persen (y-on-y) serta adanya libur musim panas dan libur sekolah di banyak negara mendorong peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara, mengingat pola kunjungan pada triwulan III merupakan peak season.

Baca juga:  Triwulan I 2020, Ekonomi Bali Tumbuh Negatif

Kemudian adanya aktivitas produksi. Impor luar negeri untuk penggunaan bahan baku/penolong meningkat sebesar 32,07 persen (y-on-y). Penjualan listrik pada segmen bisnis dan industri meningkat masing-masing pada kisaran 8 persen dan 5 persen (y-on-y). Penjualan semen tumbuh pada kisaran 16 persen (y-on-y) serta neraca perdagangan luar negeri surplus sebesar US$ 77,38 juta.

Begitupula terkait daya beli masyarakat. Tingkat inflasi Provinsi Bali stabil di kisaran target 3 ± 1 persen, ditutup sebesar 2,51 persen pada September 2025. Indeks penjualan riil Kota Denpasar meningkat pada kisaran 3,0 persen (y-on-y), serta Indeks Keyakinan Konsumen Kota Denpasar tetap berada pada level optimis yang ditutup sebesar 131,4 pada September 2025. (Suardika/bisnis bali)

BAGIKAN