
DENPASAR, BALIPOST.com – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali mencatat, pada Oktober 2025 tingkat inflasi tahunan (year on year/y-on-y) di Bali mencapai 2,61 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 109,80. Kenaikan harga sejumlah komoditas bahan pangan serta sektor pendidikan menjadi pendorong utama laju inflasi tahun ini.
Kepala BPS Provinsi Bali Agus Gede Hendrayana Hermawan di Denpasar, Senin (3/11) mengatakan, inflasi terjadi di empat kabupaten/kota yang menjadi sampel pemantauan, yaitu Denpasar, Badung, Singaraja, dan Tabanan.
“Inflasi tahunan disebabkan oleh meningkatnya harga berbagai komoditas di sepuluh kelompok pengeluaran utama,” ujarnya.
Inflasi tertinggi tercatat di Kota Denpasar sebesar 3,29 persen dengan IHK 111,30, sementara inflasi terendah terjadi di Kabupaten Badung sebesar 1,65 persen dengan IHK 106,65.
Secara bulanan (month to month/m-t-m), Bali mengalami inflasi sebesar 0,16 persen, sedangkan secara tahun kalender (year to date/y-to-d) hingga Oktober 2025 tercatat inflasi 1,79 persen.
Ia berharap inflasinya sampai dengan akhir tahun masih bisa terjaga, sebab melihat angka 2,61 persen masih dibilang relatif terjaga dan tidak tergolong tinggi secara tahunan.
Dijelaskan, kelompok makanan, minuman, dan tembakau mencatat kenaikan tertinggi yakni 4,69 persen, memberikan andil terbesar terhadap inflasi tahunan sebesar 1,45 persen. Kenaikan harga juga terjadi pada kelompok pendidikan (3,12 persen), perawatan pribadi dan jasa lainnya (3,16 persen), serta kesehatan (3,06 persen).
“Adapun kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan menjadi satu-satunya kelompok yang mengalami deflasi sebesar 0,35 persen, dengan andil negatif 0,02 persen terhadap inflasi,” ujarnya.
Komoditas yang paling berpengaruh terhadap inflasi antara lain daging ayam ras, beras, bawang merah, cabai merah, emas perhiasan, sewa rumah, serta biaya sekolah menengah atas. Di sisi lain, beberapa komoditas seperti daging babi, bawang putih, cabai rawit, dan angkutan udara justru menahan laju inflasi dengan memberikan sumbangan deflasi.
Agus Gede Hendrayana menyampaikan, meski inflasi meningkat dibandingkan periode sebelumnya, BPS menilai tekanan harga di Bali masih dalam kategori terkendali. “Laju inflasi 2,61 persen ini masih berada dalam kisaran target nasional dan menunjukkan stabilitas harga yang relatif terjaga,” jelasnya.
Namun, BPS mengingatkan bahwa potensi tekanan inflasi tetap perlu diwaspadai, terutama dari sisi harga pangan bergejolak (volatile food) dan kenaikan biaya pendidikan serta jasa rumah tangga menjelang akhir tahun.(Dika/balipost)










