
DENPASAR, BALIPOST.com – Proyek waste to energy (WtE) yang akan diterapkan di Bali mulai 2026 dinilai akan mengurangi beban TPS 3R. TPS 3R ke depannya bisa fokus mengolah sampah organik dan memilah sampah menjadi bernilai ekonomi.
Ketua Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Sekar Tanjung Desa Sanur Kauh, I Putu Sila Dharma, Sabtu (1/11)z mengatakan, beban TPS 3R akan berkurang dengan adanya WtE. Menurutnya, WtE memang sangat dibutuhkan dalam hal pengolahan sampah. “Apa pun bentuknya, semasih itu bermanfaat dan tidak menyalahi aturan, kami dukung,” ujarnya.
Jika nantinya WtE berjalan, TPS 3R Sekar Tanjung, Sanur Kauh akan tetap beroperasi sesuai dengan standar operasionalnya. Pemilahan sampah akan tetap dilakukan, komposting juga tetap dioperasikan. “Sesuai tupoksi dibuatnya TPS 3R, maka semaksimal mungkin kami kerjakan semampunya,” tandasnya.
Hal itu karena ia sadar TPS 3R memiliki keterbatasan kemampuan. Namun diakui pihaknya tetap membutuhkan dukungan dan fasilitas yang dimiliki pemerintah kota dan pemerintah daerah.
Hingga saat ini TPS 3R Sekar Tanjung mampu mengurangi sampah yang masuk ke TPA Suwung sebanyak 50-60 persen. Dari 8-15 ton sampah yang dihasilkan per harinya, sampah yang mampu diolah yaitu 2-4 ton sampah organik dan 2 ton sampah anorganik.
Sementara, Ketua TPS 3R Paku Sari Kelurahan Panjer, I Nyoman Astawa mengatakan, dari 8-10 truk atau sekitar 30 ton yang masuk ke TPS 3R Paku Sari per harinya, hanya 3 truk yang baru bisa diolah. Dengan adanya WtE, akan sangat membantu Pemerintah Kota Denpasar menanggulangi atau mengelola sampah agar Denpasar tidak lagi menerapkan sistem open dumping di TPA Suwung.
Operasional TPS 3R Paku Sari akan tetap dilanjutkan karena menurutnya WtE mengolah sampah anorganik dan residu yang akan dijadikan energi listrik. “Sedangkan sampah organik yang masuk ke TPS 3R tetap kami olah menjadi kompos,” ujarnya.
Apalagi produk kompos TPS 3R Paku Sari diminati pelanggannya. Sehingga permintaan tetap akan pupuk organik sudah ada. Orderan kompos hampir datang setiap minggu, sedangkan kompos baru bisa dipanen minimal 2,5 bulan.
Sebelumnya, Wali Kota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara mengatakan, Denpasar memiliki 24 TPS 3R, 300 teba modern, 387 bank sampah yang telah mampu mengelola sampah sekitar 200 ton. Nantinya, dengan adanya WtE akan menyerap semua jenis sampah baik anorganik, residu maupun organik. Pemkot Denpasar dan Pemkab Badung berkewajiban menyuplai sampah ke WtE sebanyak 1.500 ton per hari.
Sementara, sampah yang dihasilkan Denpasar mencapai 1.050 ton per hari. Sampah yang bisa dikelola WtE adalah segala jenis sampah karena penyelesaian semua sampah dilakukan dengan pola PSEL, berbeda dengan pola RDF yang membutuhkan sampah kering.
Untuk memenuhi kebutuhan sampah WtE maka sampah organik juga akan dimasukkan ke dalamnya. Meskipun sampah organik berkarakter basah, namun dengan pengelolaan WtE dinilai cukup baik dengan peralatan yang mapan, sehingga sampah basah tak jadi soal karena pembakaran dilakukan dengan suhu lebih dari 1.000 derajat celcius.
“Sampah yang dibutuhkan untuk WtE minimal 1.000 ton per hari dan harus ada kandungan plastiknya karena dapat diubah menjadi energi, berarti kemungkinan tidak akan ada pemilahan lagi. Berarti sampah yang masuk ke pengelola langsung masuk dan langsung dibakar,” ujarnya. (Citta Maya/balipost)









