
DENPASAR, BALIPOST.com – Tempat Pengolahan Sampah Reduse, Reuse, Recycle (TPS 3R) di Denpasar, sebanyak 24 yang tersebar di desa/kelurahan. Keberadaan TPS 3R ini masih menemui kendala, terutama terkait tenaga kerja, sehingga pengolahan sampah belum bisa maksimal. Hal ini diakui Wali Kota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara, Selasa (16/12).
Saat pertemuan bersama Perbekel dan Lurah se-Kota Denpasar, Senin (15/12) lalu, Jaya Negara menyebut banyak aspirasi dari perbekel dan lurah yang ditampung. Terutama terkait kendala yang dihadapi TPS3R, termasuk menggali kemungkinan volume sampah lebih banyak yang bisa diolah.
Kendala yang paling krusial dihadapi TPS 3R di Kota Denpasar adalah terkait tenaga kerja. “Seperti di Pemecutan Kelod, mereka mampu menganggarkan tenaga kerja, tapi tenaga kerjanya yang tidak dapat. Itu kondisi di lapangan,” katanya.
Menurut Jaya Negara, pihaknya terus berupaya untuk semaksimal mungkin dalam penanganan sampah di Kota Denpasar. Selain TPS 3R, pihaknya juga mendorong pembuatan teba modern di desa/kelurahan.
Hingga akhir 2025 ini, teba modern yang sudah berhasil dibuat di Denpasar 5.940 unit. Untuk lokasi atau rumah yang tidak bisa membuat teba modern, dibantu dengan tong komposter yang hingga akhir tahun ini terdapat 12.185 unit.
Kemudian, keberadaan 3 Pusat Daur Ulang (PDU) diharapkan juga membantu memaksimalkan pengolahan sampah di Denpasar. Upaya tersebut diakui Jaya Negara belum bisa menyelesaikan secara total timbulan sampah yang dihasilkan di Denpasar yang dalam sehari produksi sampah mencapai 1.050 ton.
Kendala tenaga kerja ini juga diakui oleh Perbekel Desa Kesiman Kertalangu, I Made Suena. Dia mengatakan, kendala yang dihadapi yaitu pada SDM yang tidak banyak orang mau bekerja di pengolahan sampah.
Dikatakannya, dari 15 ton sampah yang masuk TPS3R Kesiman Kertalangu, 7 ton adalah sampah organik. Sampah organik tersebut baru bisa diolah 4 ton per hari dan sisanya dilanjutkan pada hari berikutnya. (Widiastuti/bisnisbali)










