Para calon Rektor Unhi bergandengan tangan usai mengikuti debat terbuka, Kamis (30/10). (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Proses Pemilihan Rektor (Pilrek) Universitas Hindu Indonesia (Unhi) Denpasar, memasuki tahap “Debat Terbuka” yang mempertemukan tiga kandidat, yakni Dr. Ir. Komang Gede Santhyasa, ST., MT., Dr. Cokorda Gde Bayu Putra, SE., M.Si., serta Dr. Drs. I Putu Sarjana, M.Si.

Debat berlangsung di Aula Taman Asoka Unhi, Kamis (30/10), mengundang seluruh sivitas akademika, panitia seleksi (pansel), dan senat.

Ketua Senat sekaligus anggota Pansel Pilrek Unhi 2025-2029, Prof. Dr. I Putu Gelgel, SH., M.Hum., mengeklaim Pilrek kali ini paling demokratis sepanjang pengalamannya 34 tahun mengabdi di kampus umat tersebut.

Sebab, kata Prof. Gelgel, Senat Unhi berperan signifikan sesuai statuta yang telah dirancang sebelumnya. Dan, debat terbuka ini merupakan salah satu indikator nilai domokrasi tersebut.

“Debat terbuka ini adalah merupakan salah satu dari proses penjaringan rektor. Jadi prosesnya panjang. Sebelumnya sudah dilakukan oleh panitia seleksi melalui tahapan evaluasi yang cukup panjang ada 6 tahapan,” jelas Prof. Gelgel.

Awalnya ada 10 kandidat bakal calon rektor yang “bertarung”. Namun akhirnya terpilih tiga orang hingga memasuki tahap debat. Kesepuluh bakal calon rektor itu sudah diberikan kesempatan yang sama mempresentasikan visi-visi program kerja di hadapan pansel jika nanti terpilih sebagai rektor.

Baca juga:  Yuk, Hadiri Sarasehan Refleksi Perayaan Nyepi Caka 1939

Berikutnya adalah interview. Masing-masing kandidat itu diinterview oleh 7 orang pansel waktunya 70 menit setiap bakal calon rektor. Sehingga pelaksanaan proses berlangsung maraton selama 3 hari dari tanggal 20-21 sampai tanggal 22 Oktober 2025.

Kemudian tanggal 23 Oktober 2025, pansel menggelar rapat menentukan 3 calon Rektor yang akan melakukan debat pada hari ini.

Terkait materi debat terbuka, ketiga calon rektor menyampaikan visi-visi program kerja kalau terpilih sebagai rektor. Berikutnya, calon rektor mengambil beberapa pertanyaan dari pansel kemudian masing-masing membaca pilihannya dia kemudian didebatkan antara ketiga calon.

“Di samping itu seluruh hadirin diberikan kesempatan untuk bertanya,” jelasnya. Setelah debat, pansel akan rapat untuk memberikan nilai masing-masing kandidat.

Nilai tersebut, lanjut dia, akan diserahkan ke Badan Penyelenggara dalam hal ini Yayasan Pendidikan Widya Kerti. Selanjutnya, seluruh hasil penilaian pansel diserahkan ke Dewan Pembina Yayasan Widya Kerti di Jakarta yang diketuai Mayjen TNI (Pur) Wisnu Bawa Tanaya.

Baca juga:  Satu Kontainer Ikan Tuna Ilegal Digagalkan Masuk Bali

Finasilisasi keputusan siapa yang bakal menduduki kursi Unhi 1 dijadwalkan 6 November 2025. Untuk pelantikan dijadwalkan 10 Januari 2026. Prof. Gelgel berharap, hasilnya nanti seiring dengan pemeringkatan yang dilakukan pansel.

Menanggapi sejumlah kandidat rektor dengan jabatan akademik guru besar/profesor yang gugur dalam seleksi pilrek, pansel memastikan tidak ada unsur kecurangan. Karna pilrek berjalan sangat transparan dari awal.

“Dalam statuta kan aturannya sudah jelas, minimal jabatan akademik lektor kepala (doktor), Batas usia juga diatur. Jadi walaupun belum profesor sudah memenuhi syarat. Kita ini mencari sosok yang punya kemampuan akademik plus manajerial yang baik serta kekuatan jaringan,” kata dia.

Pansel, lanjut Prof. Gelgel, merupakan representasi dari seluruh sivitas akademika, karena ada unsur senat 2 orang, pembina 2 orang, pengawas 1 orang, unsur yayasan 1 orang, dan unsur alumni 1 orang. Itu sudah diatur di dalam statuta.

Baca juga:  Unhi Denpasar Luncurkan Program IDEP

Sebelumnya, Rektor UNHI Prof. Dr. drh. I Made Damriyasa, MS., berharap, penggantinya kelak mampu membawa Unhi sebagai perguruan tinggi bertaraf internasional dengan cita rasa yang dimilikinya.

Cita-cita itu, menurut Prof. Damriyasa bukanlah hal mustahil, sebab UNHI memiliki fondasi yang sangat kuat. Jaringan-jaringan dengan perguruan tinggi dalam dan luar negeri juga sudah terbangun dengan baik.

Ia pun mengungkapkan banyak mendapatkan pengalaman berharga selama dua periode memimpin Unhi. Salah satunya berkunjung langsung ke kantong-kantong umat Hindu di daerah transmigrasi di Tanah Air.

“Sebuah pengalaman yang sangat berharga. Pengalaman yang saya tidak akan dapatkan jika tidak bergabung dengan Unhi,” pungkasnya.

Meskipun perdebatan berlangsung sengit, namun ketiga kandidat kembali saling rangkul, karena pada hakikatnya, ketiga kandidat memiliki visi yang sama untuk membawa Unhi menjadi kampus unggul dan berdaya saing global. (Ketut Winata/balipost)

BAGIKAN