
TABANAN, BALIPOST.com – Abrasi di Pantai Klecung, Desa Tegal Mengkeb, Kecamatan Selemadeg Timur, kian parah dan mengancam kawasan pesisir. Bahkan sebelumnya dua bangunan milik nelayan sudah hancur diterjang ombak, sementara garis pantai terus terkikis hingga mendekati jalan utama menuju pantai.
Perbekel Tegal Mengkeb Dewa Made Widarma mengungkapkan, abrasi yang terjadi setiap tahun itu kini sudah memakan daratan hingga 4 meter dari bibir pantai, dengan panjang area terdampak mencapai setengah kilometer. Padahal, Pantai Klecung kini menjadi salah satu destinasi wisata populer di Tabanan. Lokasinya termasuk dalam kawasan Desa Wisata Tegal Mengkeb yang telah ditetapkan oleh Pemkab Tabanan.
Sayangnya, kondisi abrasi yang semakin parah tersebut belum mendapat penanganan serius dari pemerintah pusat maupun Provinsi Bali. “Sudah ada dua bangunan yang roboh, yakni pos pemantauan nelayan dan balai jukung. Sekarang bangunannya sudah rata dengan tanah,” ujar Widarma, Rabu (23/10).
Ia menambahkan, gelombang laut yang terus menghantam menyebabkan abrasi merembet hingga ke sisi utara pantai. “Sekarang abrasi sudah sampai di pinggir jalan utama menuju Pantai Klecung. Kalau dibiarkan, jalan bisa putus,” katanya.
Pantai Klecung selama ini dikenal sebagai lokasi wisata yang ramai dikunjungi wisatawan lokal dan asing, terutama pada akhir pekan. Selain itu, pantai ini juga menjadi tempat pelaksanaan upacara melasti dan penglukatan Banyu Pinaruh oleh masyarakat sekitar.
Wacana penanganan sebenarnya sempat muncul dari seorang investor yang berencana membangun pemecah gelombang (breakwater) di sekitar pantai. Namun, rencana tersebut terhambat kondisi infrastruktur jalan. “Akses jalan dari Megati menuju Klecung belum memadai untuk kendaraan berat yang mengangkut beton pemecah ombak. Itu kendala utamanya,” jelas Widarma.
Meski belum mengajukan usulan resmi, pemerintah desa berharap adanya langkah cepat dari pemerintah untuk mengantisipasi kerusakan yang lebih parah. “Kami sangat berharap ada perhatian dari pemerintah. Kalau terus dibiarkan, abrasi ini bisa mengancam kawasan wisata dan aktivitas nelayan,” tuturnya.
Menurutnya, abrasi yang tak kunjung tertangani bukan hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga berpotensi menggerus daya tarik wisata pantai yang sedang dikembangkan. “Kalau pantainya terus terkikis, sulit bagi kami mewujudkan Pantai Klecung sebagai destinasi wisata unggulan di wilayah ini,” pungkas Widarma.(Puspawati/balipost)