
NEGARA, BALIPOST.com – Para nelayan di Pengambengan dan Perancak belakangan ini kesulitan memperoleh BBM subsidi. Salah satu kendalanya, SPBE yang ada di sekitar Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pengambengan telah habis kuota menjelang akhir tahun. Sehingga, nelayan harus mencari bahan bakar hingga ke SPBU yang jaraknya jauh. Kondisi ini terjadi saat nelayan sedang merasakan harga ikan Lemuru yang menjadi tangkapan utama nelayan di Selat Bali meroket.
Salah seorang nelayan perahu Slerek (purse seine), Madek, Rabu (5/11) mengatakan, harga ikan Lemuru saat ini merupakan yang tertinggi selama setahun ini. Dari sebelumnya Rp 7000 per kilogram, kini mencapai Rp 14 ribu per kilogram. Hanya saja, menjelang akhir tahun ini, para nelayan mengalami kesulitan mendapatkan bahan bakar solar subsidi. “Kalau mencari ke SPBU, kita kadang kesulitan terkait rekomendasi, dan banyak SPBU yang tidak menerima, hanya satu itupun di Sebual, jauh dari Pelabuhan,” katanya.
Di satu sisi, nelayan merasakan harga melonjak hasil tangkapan ini. Sementara harus setiap hari melaut, sehingga beberapa nelayan terpaksa membeli BBM non subsidi untuk memenuhi kebutuhan operasional. “Banyak juga agar tidak ribet, harus mencari rekomendasi, mereka terpaksa membeli dexlite, sementara harga dexlite terus naik,” ujar nelayan lain, Lukman.
Sementara Kepala Dinas Perhubungan, Kelautan dan Perikanan Jembrana, I Ketut Wardana Naya, mengatakan rekomendasi yang dikeluarkan dari Dinas untuk nelayan peruntukan pembelian BBM, bisa digunakan di SPBU. Dalam pertemuan dengan nelayan yang tergabung dalam HNSI (Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia) Jembrana, Selasa (4/11) lalu, juga disampaikan terkait permasalahan BBM tersebut. “Ada yang miskomunikasi, sebenarnya rekomendasi yang berlaku sebulan ini bisa digunakan langsung diluar SPBE,” terangnya.
Nelayan menurutnya bisa mendapatkan BBM subsidi di SPBU menggunakan rekomendasi tersebut. (surya dharma/balipost)










