
DENPASAR, BALIPOST.com – Ribuan penonton memenuhi area panggung dan depan panggung ketika parade Baleganjur di Denpasar yang digelar Sabtu (18/10) dimulai pada pukul 18.00 WITA. Kegiatan seni budaya ini digelar di Lapangan Puputan Badung I Gusti Ngurah Made Agung.
Sorak penonton riuh ketika alunan gending dan ceng ceng yang dibawak para pemuda di Denpasar mulai dimainkan dengan keras.
Para pemuda atau yowana yang mengikuti parade berusia 14-30 tahun dengan lincah menari dan membunyikan alat musik yang dibawanya. Satu sekaa bisa berasal dari banjar atau desa adat dan beranggotakan 20-25 orang. Ada yang membawa ceng ceng, kendang, gong dan kempur, ponggang, dan reyong.
Sumpah Pemuda menjadi momen untuk membangkitkan semangat pemuda. Lewat Parade Baleganjur yang digelar Dinas Kebudayaan Denpasar dari tanggal 18-19 Oktober, para pemuda diajak menampilkan karyanya.
Kepala Dinas Kebudayaan Denpasar Raka Purwantara, ditemui Sabtu (18/10) mengatakan, kegiatan ini dilaksanakan rutin untuk menyambut Hari Sumpah Pemuda. Tahun ini ada sebanyak 12 sekaa dari 4 kecamatan tampil.
Sekaa Truna Widya Bhakti dari Banjar Pegok, Desa Sesetan, Denpasar Selatan tampil pertama. Diikuti penampilan Karang Taruna Eka Dharma Karya (Desa Sidakarya, Denpasar Selatan), Sekaa Gong Remaja Kencana Wiguna (Banjar Kehen, Desa Kesiman Petilan, Denpasar Timur), Sekaa Gong Purwa Pascima Kanti Penyatusan Yowana Kerandan-Penyaitan (Kelurahan Pemecutan, Desa Adat Denpasar Barat), Sekaa Gong Sindhu Luwang Gumita (Desa Adat Tembawu, Denpasar Timur), dan Sekaa Gong Kresna Murti (Banjar Kerta Sari, Kelurahan Panjer, Denpasar Selatan)
Parade baleganjur, selain untuk menyiapkan Duta Denpasar di ajang PKB tahun depan, juga untuk menguatkan kepedulian yowana dalam hal pelestarian seni dan budaya Bali. “Ini untuk mendukung visi misi Walikota Denpasar sebagai kota kreatif berbasis budaya,” ujarnya.
Penata tari Sekaa Gong Purwa Pascima Kanti dari Desa Adat Denpasar I Nyoman Agus Tri Yudha mengatakan, pada hari itu tampil dengan nomor urut 4. Sekaa gong ini merupakan panyatusan Yowana Banjar Kerandan dan Banjar Penyaitan, Kelurahan Pemecutan. Sekaa gong ini tampil dengan jumlah personel 25 orang dari usia 15 -25 tahun.
Baleganjur yang dibawakan tidak hanya memainkan gending atau tabuh namun juga sambil melakukan gerak tubuh. Sehingga dapat dibayangkan kesulitan membawa alat-alat tabuh yang bebannya cukup berat sambil ditarikan. “Inilah bobot dari lomba baleganjur ini, bagaimana kita memainkan musik dengan seimbang dan bagaimana kita sambil bergerak dan menarik,” ujarnya.
Hal ini menjadi daya tarik penonton hingga riuh sorak penonton memenuhi Lapangan Puputan Denpasar. Gending yang dibawakan berjudul Bala Kosa ciptaan Kadek Hendra. Gending ini menceritakan kepemimpinan seorang raja yang memimpin namun di tengah kepemimpinannya itu, ia merasa goyah menjaga kestabilan daerah kekuasaannya.
Salah satunya, menjaga kestabilan sosial yang terjadi pada rakyatnya. “Disinilah peran pemimpin harus mampu menyeimbangkan kondisi itu untuk kesejahteraan masyarakat. Itu yang menjadi pesan dari gending ini,” ujarnya.
Total durasi 10 menit gending yang dibawakan mulai dari gending pejalan, pepeson, pengawak, pengecet, pekaad. (Citta Maya/balipost)