
DENPASAR, BALIPOST.com – Tindakan bunuh diri, perundungan, aksi kriminal, mengganggu ketertiban, hingga seks bebas kerap menjadi pelampiasan para pemuda ketika pengaruh negatif memenuhi lingkungan pergaulan mereka.
Untuk mencegah pengaruh negatif itu berkembang, wadah-wadah positif sangat dibutuhkan di era ini. Parade baleganjur dengan pengayomnya, banjar atau desa adat, diharapkan bisa membentuk para pemuda (yowana) tumbuh menjadi generasi penerus yang penuh energi positif.
Kepala Dinas Kebudayaan Denpasar Raka Purwantara, Sabtu (18/10) mengatakan melalui wadah parade baleganjur salah satunya, anak muda dapat diarahkan pada upaya berkreasi yang positif, khususnya berkaitan dengan seni budaya.
Hal ini tentu juga membentengi para yowana dari pengaruh negatif akibat masifnya globalisasi dan paparan sosial media yang tidak bisa dibendung.
“Anak muda kita yang tergabung dalam sekaa teruna di Denpasar, sangat antusias mengikutinya, terbukti parade ini juga di-back up banjar adat dan desa adat sehingga betul-betul kegiatan ini melibatkan partisipasi berbagai komponen yang ada di masyarakat maupun desa adat setempat,” ungkapnya.
Penata tari dan gerak Sekaa Gong Purwa Pascima Kanti dari Desa Adat Denpasar, I Nyoman Agus Tri Yudha mengatakan kegiatan ini akan membawa pengaruh positif bagi cara berpikir yowana, yang rata-rata berusia 14-30 tahun.
Kegiatan ini menjadi salah satu cara menyuarakan isi hati lewat seni dan gerak tubuh.
Apalagi pelestarian seni dan budaya menjadi sangat sulit dilakukan di era perkembangan informasi dan media yang deras ini. “Lewat ajang seperti ini kita bisa membuat bibit baru tentang kesenian dan belajar baleganjur disini,” ujarnya.
Sebelumnya diberitakan, Pemerintah Kota Denpasar melalui Dinas Kebudayaan menggelar Parade Baleganjur se-Kota Denpasar 2025, yang berlangsung selama dua hari pada 18–19 Oktober 2025 di Lapangan Puputan Badung I Gusti Ngurah Made Agung.
Kegiatan tahunan ini menjadi salah satu rangkaian peringatan Hari Sumpah Pemuda, sekaligus wujud nyata komitmen Pemerintah Kota Denpasar dalam melestarikan seni dan budaya Bali, khususnya kesenian baleganjur yang sarat dengan semangat kebersamaan dan kreativitas anak muda.
Parade ini diharapkan menjadi ajang pengembangan kreativitas generasi muda, sekaligus memperkuat identitas budaya lokal di tengah arus modernisasi.
Di hari pertama ada enam sekaa truna dari berbagai banjar dan desa adat di Denpasar, yakni, Sekaa Truna Widya Bhakti (Banjar Pegok, Desa Sesetan, Denpasar Selatan), Karang Taruna Eka Dharma Karya (Desa Sidakarya, Denpasar Selatan), Sekaa Gong Remaja Kencana Wiguna (Banjar Kehen, Desa Kesiman Petilan, Denpasar Timur), Sekaa Gong Purwa Pascima Kanti Penyatusan Yowana Kerandan-Penyaitan (Kelurahan Pemecutan, Desa Adat Denpasar Barat), Sekaa Gong Sindhu Luwang Gumita (Desa Adat Tembawu, Denpasar Timur), Sekaa Gong Kresna Murti (Banjar Kerta Sari, Kelurahan Panjer, Denpasar Selatan). (Citta Maya/balipost)