
AMLAPURA, BALIPOST.com – Petani garam Amed sudah mulai melakukan produksi garam. Hanya saja, produksi tidak bisa maksimal.
Tidak maksimalnya produksi dikarenakan kondisi cuaca yang masih sering turun hujan. Ketua Komunitas Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG), I Nengah Suanda mengungkapkan, proses produksi garam Amed sudah mulai dilakukan. Hanya, saja dengan masih turunnya hujan belakangan ini, pembuatan garam menjadi sedikit terhambat.
“Hujan yang kerap terjadi, sangat menghambat pembuatan garam. Atas kondisi tersebut membuat petani garam Amed masih kembang kempis. Petani sampai saat ini masih melakukan proses penggaraman,” ujarnya, Rabu (24/9).
Ia menjelaskan selain terhambat akibat cuaca yang kerap kali hujan, kualitas garam juga menjadi kurang bagus. Atas kondisi ini, petani garam Amed memilih untuk mendaur ulang garam yang kotor.
”Kalau terpapar air hujan, jadi tidak bagus. Garam jadi kotor, makanya harus di daur ulang biar kualitasnya bagus seperti garam Amed pada umumnya, ” katanya.
Ia menjelaskan, dengan kondisi ini, pihaknya memprediksi produksi garam Amed akan mengalami penurunan. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya.
Rata-rata petani bisa memproduksi garam sekitar 1,2 ton garam. ”Semoga November nanti cuaca terik. Kalau dengan kondisi saat ini, produksi garam 1 ton per petani sudah bagus,” imbuhnya. (Eka Parananda/balipost)