Petugas mengangkut sampah di Tukad Badung pascabanjir bandang yang terjadi Rabu (10/9). (BP/kmb)

DENPASAR, BALIPOST.com – Pascabanjir bandang Rabu (10/9) di Denpasar, sebanyak 120 ton sampah sudah terangkut selama 4 hari.

Menurut Wali Kota Denpasar, IGN Jaya Negara, Minggu (14/9), pengangkutan sampah di sungai menjadi prioritas untuk menghindari dampak buruk kembali terjadi saat hujan turun kembali.

Ia menyebut ada dua hal yang menjadi prioritas dalam penanganan pascabanjir bandang, yakni penanganan fisik dan masyarakat terdampak.

Ia mengatakan, saluran sungai harus dinormalkan kembali mencegah banjir. “Di sini kita membawa alat berat untuk menaikan sampah. kalau kebersihan bisa belakangan. Ada sampah di sungai itu yang kita kerjakan dulu. Kalau tidak, nanti hujan lagi, berisiko lagi,” ujarnya.

Baca juga:  Capai Swasembada, Bali Minimal Harus Mampu Hasilkan 412.929 Ton Beras

Untuk pembuangan sampah pascabanjir pihaknya mengaku, sudah berkoordinasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup untuk membuka sementara TPA Suwung. Hal itu dilakukan agar sampah besar pascabanjir ini bisa teratasi.

Sementara itu, terkait penanganan sampah di bantaran sungai yang sudah berjalan, Kepala Bidang Sumber Daya Air (SDA) di Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Denpasar, Gandhi Dananjaya Suarka mengatakan volume sampah di sungai yang diangkut mengalami lonjakan signifikan pascabanjir. Dalam satu hari, sebanyak 30 ton sampah berhasil diangkut menggunakan 20 unit dump truck milik DPUPR dan DLHK.

Hingga hari keempat pembersihan, yaitu sejak Kamis (11/9) hingga Minggu, total sampah yang telah terangkut mencapai 120 ton. “Ada 20 truk yang dikerahkan mengangkut sampah pasca banjir dari DPUPR dan DLHK. Per hari diangkut 30 ton dari hari Kamis kemarin,” jelas Gandhi.

Baca juga:  Merajan dan Gedong Penyimpanan Barong di Sayan Terbakar

Saat ini, tim masih fokus pada pengangkutan dan pembersihan sampah secara menyeluruh dengan target pemulihan kondisi dalam waktu sepekan pascabanjir, seiring masa tanggap darurat bencana yang sedang berlangsung. Gandhi menambahkan, setelah masa tanggap darurat berakhir, pihaknya akan melanjutkan ke tahap normalisasi sungai.

Proses tersebut akan dilakukan melalui koordinasi bersama Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali-Penida. Upaya normalisasi mencakup pengerukan, penggelontoran, dan pengangkutan sampah sungai.

Baca juga:  Jenazah Pendaki Brasil Juliana Marins Diberangkatkan ke Bali

Gandhi menyebutkan bahwa salah satu sungai utama, Tukad Badung, mengalami pendangkalan akibat sedimentasi yang ketebalannya mencapai 50 sentimeter. Pendangkalan ini, kata dia, dipicu oleh berbagai faktor, seperti endapan lumpur, sedimentasi alami, hingga pembuangan limbah domestik dan sampah oleh warga.

“Limbah domestik yang biasanya dibuang, seperti pencucian di dapur, pembuangan air kamar mandi sampai ada juga kloset dibuang langsung ke sungai karena tidak memiliki septic tank yang mengendap membuat sungai mengalami pendangkalan. Ada juga sampah-sampah yang tertimbun ini yang kami harus lakukan pengerukan,” terangnya. (Widiastuti/bisnisbali)

BAGIKAN