
DENPASAR, BALIPOST.com – Hampir 3 minggu pascabanjir bandang, listrik di Pasar Badung belum teraliri dengan optimal. Hal tersebut lantaran panel yang terendam banjir sebelumnya masih harus diperbaiki dengan biaya cukup tinggi.
Saat dilakukan pemantauan langsung, Selasa (29/9), pedagang di Pasar Badung sudah beraktivitas seperti biasa. Lampu-lampu sudah menyala, tidak lagi gelap seperti sebelumnya.
Namun untuk sejumlah peralatan elektronik, seperti lemari penyimpanan produk makanan kemasan, seperti showcase dan freezer belum bisa difungsikan mengingat listrik masih terbatas.
Salah seorang pedagang buah, Sang Ayu Anggawati mengaku showcase miliknya tak bisa berfungsi sehingga buah yang dijual harus dibawa pulang untuk disimpan di lemari pendingin. Terutama, untuk buah yang rentan dan cepat busuk.
Hal tersebut juga diakui pedagang lainnya Jro Wiwik. Mereka berharap persoalan listrik bisa tertangani segera sehingga bisa berjualan normal.
Untuk penggunaan showcase atau pun freezer ini kata Jro Wiwik ada biaya tambahan yang dikeluarkan pedagang di luar BOP untuk biaya listrik. Pihaknya berharap dengan sudah 20 hari tidak digunakan, akan ada kompensasi yang diberikan kepada pedagang. “Kalau kompensasi BOP pascabanjir kita tidak ditagih selama 7 hari,” katanya.
Sementara itu, Dirut Perumda Pasar Sewakadarma Kota Denpasar Ida Bagus Kompyang Wiranata saat dikonfirmasi mengakui kondisi tersebut. Dia mengatakan, banjir yang terjadi membuat panel listrik di basement terendam dan mengalami kerusakan.
Kerusakan tersebut butuh perbaikan dengan biaya miliaran. “Untuk perbaikan panel ada beberapa vendor yang sudah mengajukan penawaran. Itu biaya yang ditawarkan ada Rp1,7 miliar, ada juga yang menawarkan Rp3,7 miliar. Ada alat dari panel yang memang harus diganti,” katanya.
Perbaikan yang menggunakan anggaran cukup besar tersebut, kata Gus Kowi panggilan akrabnya, membutuhkan proses, karena tidak bisa langsung mengeluarkan dana. Harus sesuai dengan pengadaan.
Saat ini kata Gus Kowi, listrik sudah nyala dengan menggunakan genset. Namun listrik masih terbatas yang mengutakan penyalaan lampu. Untuk frezer atau alat penyimpan makanan belum bisa maksimal dihidupkan. Demikian pihaknya memohon maaf atas kondisi yang terjadi.
Sembari menunggu perbaikan panel yang cukup memekan waktu, pihaknya juga telah mengkoordinasikan alternatif lain. Seperti pemasangan listrik sementara dari PLN dengan biaya Rp500 juta selama 6 bulan. “Ini kita masih bicarakan, jika memang urgent, mungkin itu dana yang akan kita keluarkan dulu,” imbuhnya. (Widiastuti/bisnisbali)