TABANAN, BALIPOST.com – Desa Adat Buahan yang kerap disebut sebagai cikal bakal berdirinya Kota Tabanan kembali menegaskan komitmennya dalam menjaga kelestarian adat dan budaya leluhur.

Hal tersebut tercermin dari rangkaian Upacara Pemelaspasan Bangunan Bale Kidung, Bale Pawedan, Bale Manik Galih, Gedong Simpen, Penyengker serta prosesi Mendem Dasar di Natar Pura Puseh, Desa Adat Buahan, Kecamatan/Kabupaten Tabanan, yang telah digelar Minggu (7/9) lalu.

Bendesa Adat Buahan, I Wayan Muliada, pada Jumat 12 September 2025 mengatakan, puncak upacara Dewa Yadnya sebagai bentuk pelestarian adat budaya dan agama telah dilaksanakan pada 7 September 2025. Seluruh tahapan upacara adalah hasil gotong royong 635 kepala keluarga yang tergabung dalam krama desa.

Baca juga:  Pascapencabulan Anak Asuh di Yayasan, Dinsos Bali akan Lakukan Ini

Seluruh masyarakat bahu-membahu demi terselenggaranya yadnya ini. Inilah bukti nyata komitmen warga Buahan untuk melestarikan warisan budaya dan spiritual leluhur.

Bahkan Bupati Tabanan, Komang Gede Sanjaya yang hadir ngupasaksi sempat menyampaikan apresiasi tinggi terhadap karya arsitektur suci yang dipersembahkan masyarakat Buahan.

Menurutnya, bangunan suci yang dihasilkan sarat akan nuansa klasik khas Bali yang menunjukkan kehebatan para arsitek dan undagi lokal. Yang tentunya menggambarkan gaya Bali klasik yang harus dijaga keberlanjutannya.

Ditambah lagi semangat gotong royong yang ditunjukkan masyarakat Buahan juga dinilai cerminan konsistensi desa adat di Bali dalam menjaga keberadaan Tri Kahyangan—Pura Puseh, Desa, dan Dalem Prajapati—sebagai pusat spiritual dan sosial. Ia bahkan menautkan kembali sejarah berdirinya desa pakraman yang berawal dari konsensus di Pura Samuan Agung, Gianyar, jauh sebelum Indonesia merdeka.

Baca juga:  Besakih Festival 2023, Sarana Mulat Sarira dan Meningkatkan Pelayanan

Di hadapan krama desa, Bupati Sanjaya saat itu juga menegaskan pentingnya posisi Desa Buahan dalam sejarah Tabanan.

Terkait dengan sejarah yang mencatat, Desa Buahan merupakan salah satu wilayah tertua di Tabanan. Dari desa inilah cikal bakal Kerajaan Tabanan berawal pada abad ke-14, ketika keturunan Arya Kenceng—tokoh berpengaruh dari Majapahit—menetap dan mengembangkan wilayah kekuasaannya. Buahan kala itu menjadi pusat awal pemerintahan dan perkembangan spiritual sebelum akhirnya pusat kerajaan berpindah ke Kediri dan kemudian ke wilayah kota Tabanan seperti sekarang.

Baca juga:  Kerambitan Disebut Masuk Zona Merah COVID-19, Ini Kata Perbekel

Selain memiliki nilai historis dalam perjalanan pemerintahan, Desa Buahan juga dikenal dengan kekuatan spiritualnya. Pura Puseh Buahan dan pura-pura kahyangan lainnya menjadi pusat pemujaan leluhur, yang hingga kini tetap dijaga kelestariannya. Tradisi adat dan budaya turun-temurun terus dipertahankan, menjadikan Buahan bukan hanya desa adat, tetapi juga saksi hidup perjalanan panjang sejarah Tabanan. (Puspawati/balipost)

BAGIKAN