Bendesa Adat Munduk Ulan, I Ketut Subandi menunjukkan proyek yang sedang digarap dengan melibatkan warga lokal. (BP/bit)

TABANAN, BALIPOST.com – Pandemi COVID-19 telah menghantam perekonomian. Bahkan untuk tetap bisa bertahan memaksa semua pihak melakukan penyesuaian. Seperti yang dilakukan krama Adat Munduk Ulan, Desa Tegalmengkeb, Selemadeg Timur, Tabanan yang merancang konsep menggerakkan potensi lokal di setiap program fisik yang dibuat oleh desa adat maupun desa dinas.

Harapannya, agar terjadi perputaran ekonomi khususnya di wewidangan desa adat. Selain
itu, setiap kegiatan upacara yadnya semua kebutuhan upakara juga dibeli dari warga lokal setempat, dan tidak sampai membeli keluar desa adat.

Bendesa Adat Munduk Ulan, I Ketut Subandi mengatakan sekitar 90 persen krama sebenarnya bekerja di sektor pertanian dan ada pula yang beternak seperti ternak babi dan ayam potong. Namun ibaratnya sudah jatuh tertimpa tangga,
krama yang memiliki usaha ternak babi ini sempat rugi lantaran ternaknya habis karena virus ASF yang lebih dulu mewabah sebelum COVID-19.

Baca juga:  Desa Adat Rendetin Jaga Kelestarian Seni Sakral

Belum lagi mereka kini harus berusaha menutup hutang pinjaman modal perbankan untuk usaha ternak. “Ini salah satu upaya kami agar ada
semacam perputaran ekonomi di wewidangan desa adat khususnya di tengah situasi sulit seperti saat ini, dan apa yang kami lakukan selalu berkoordinasi
dengan desa dinas,” terangnya.

Konsep menggerakkan krama lokal untuk tiap kegiatan ekonomi di wewidangan desa adat pun akhirnya muncul, di mana krama lokal dilibatkan
dalam tiap pengerjaan proyek di desa adat. Misalnya, saja pembetonan jalan. “Meski sebagian besar petani, namun ada juga yang sebelumnya bekerja di sektor
pariwisata dan kini pulang kampung lantaran dirumahkan. Mereka inilah yang kita ajak untuk membangun desa adat, dan mereka pun sangat
menyambut baik. Tidak memandang pekerjaannya minimal mereka bisa mendapatkan penghasilan di masa pandemi,” ucapnya.

Baca juga:  Peluncuran Haluan 100 Tahun Bali Era Baru, Gubernur Koster Paparkan 3 Tujuan Pembangunan Masa Depan

Bersyukur selama masa pandemi, diakui Subandi banyak hal yang masih bisa digarap oleh krama adat setempat, khususnya membantu mereka yang
kehilangan pekerjaan ataupun dirumahkan. “Misalnya, saja saat ada panen jagung, para saudagar memanfaatkan tenaga krama kami sebagai buruh
petik, jadi tidak sampai memakai tenaga luar, dan ini sangat dilakoni dengan baik oleh para yowana di desa adat kami, termasuk juga ada yang jadi tukang gedig, artinya selalu ada saja kegiatan yang membuat
mereka bisa mendapatkan rezeki tiap harinya, jadi tidak ada waktu untuk kumpul, termasuk ibu-ibu juga disibukkan dengan aktivitas ‘nyait’ sarana upakara
dari ental, yang nantinya bisa dijual untuk kegiatan upacara yadnya di desa adat maupun dijual ke pasar,” jelasnya.

Baca juga:  Desa Adat Kusamba Maksimalkan Kegiatan Pasraman

Di sisi lain, nama Desa Adat Munduk Ulan juga sudah sangat dikenal masyarakat luas, lantaran kerajinan batok kelapa yang digeluti salah satu krama adat setempat. Bahkan untuk kerajinan batok kelapa sudah ada sejak sepuluh tahun silam dan telah mampu membuka peluang kerja bagi krama adat setempat sebagai tenaga harian. “Sebelum pandemi, kerajinan batok kelapa ini banjir pesanan, dan ada juga yang
di-dropping ke daerah Ubud maupun Kuta, begitupun kerap ikut pameran di manapun dan di PKB, kini pandemi terdampak juga, pesanan berkurang, tenaga harian juga dikurangi,” jelasnya. (Puspawati/balipost)

BAGIKAN