Seorang pengunjung melihat produk motor tempel elektrik untuk perahu/boat di stan pameran Pekan Iklim Bali 2025 di Sanur, Denpasar, Kamis (28/8). Forum nasional ini membahas beberapa hal seperti upaya mengurangi emisi karbon dari sektor transportasi, strategi meningkatkan ketahanan pangan di tengah perubahan iklim, dan lainnya. (BP/eka)

DENPASAR, BALIPOST.com – Diperlukan dana Rp3,2 triliun untuk mewujudkan rencana aksi transformasi kendaraan listrik di Bali sampai 2026. Hal ini disampaikan Kepala Dinas Perhubungan IGW Samsi Gunarta, Kamis (28/8) di sela-sela Forum Nasional Pekan Iklim Bali yang digelar di Sanur.

Samsi yang juga Kepala Project Management Office (PMO) Transformasi Kerthi Bali mengatakan anggaran itu hanya di green area. “Itu pun baru pada area green, yang lain-lain secara total, kami dengan Bappenas sedang menyelesaikan perhitungan itu, mungkin tahun ini sudah bisa kita selesaikan,” kata Samsi.

Sekda Bali Dewa Made Indra mengatakan, investasi yang diperlukan menuju NZE di Bali dihitung oleh PMO. “PMO yang mengklasifikasi proyek-proyek dan nilainya berapa, skemanya seperti apa,” ujarnya.

Baca juga:  Keamanan Data dan Dana Nasabah Prioritas Utama, BRI Perkuat Benteng Digital

Untuk mencapai transisi kendaraan dari kendaraan berbahan bakar fosil ke energi ramah lingkungan, perlu kampanye massif. Sementara dari sisi kebijakan telah dilakukan dengan mengeluarkan Pergub, SE bahkan jadi role model menggunakan kendaraan listrik. “Sekarang pertumbuhan kendaraan listrik di Bali semakin baik,” ujarnya.

Hal itu diakui tidak mudah karena animo masyarakat perlu didorong. Selain itu harga kendaraan listrik masih mahal. Meski saat ini diklaim menurun dengan peningkatan permintaan.

Sementara dalam agenda 6 proyek, LNG masuk pengurangan emisi di sektor energi. “Pengurangan emisi ada banyak sektor, sektor energi, transportasi, limbah, ada banyak,” ujarnya.

Baca juga:  Anggaran Kampanye Setiap Paslon Dibatasi Rp 15 Miliar

Saat ini pembangkit di Bali masih menggunakan sumber energi fosil baik solar maupun batubara. Gubernur Bali, Wayan Koster, telah menetapkan kebijakan proses transformasi lewat rencana pembangunan Terminal LNG untuk mendukung transisi energi.

“Belum (dihitung emisi yang mampu dikurangi dari LNG). Tergantung nanti pembangkitnya kapasitas berapa yang dihasilkan. Kan ini baru terminalnya,” tandasnya.

Sementara itu, Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur Kemenko Infrastruktur dan Kewilayahan RI Rachmat Kaimuddin mengatakan pengurangan kendaraan berbahan bakar fosil sangat penting. Karena, Bali aset dunia sehingga diharapkan Bali tetap hijau dan nyaman untuk berwisata.

Baca juga:  Masih Banyak Tamatan SD Belum Tertampung, Diusulkan Bangun SMP di Dentim

Menurutnya sumber dari kendaraan ini cukup banyak menghasilkan emisi. “Fossil fuel yang banyak dipakai sumbernya dari listrik. Kebetulan di Bali tidak banyak pembangkit listrik menggunakan batubara, PLTU Celukan Bawang,” ujarnya.

Sementara sumber emisi karbon dari industri di Bali tidak banyak karena bergerak di industri jasa. “Sehingga perlu dipikirkan pindah dari transportasi berbasis fosil menjadi transportasi hijau. Kedua, mungkin Bali ke depan dengan penambahan electricity dapat berkontribusi untuk energi mix Indonesia,” ujarnya.

Salah satu implementasinya dengan PLTS Atap. Selain itu perlu koneksi grid yang lebih baik antara Jawa-Bali dan Nusa Tenggara. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN