
DENPASAR, BALIPOST.com – Akselerasi digitalisasi sistem pembayaran di Provinsi Bali menunjukkan perkembangan signifikan hingga triwulan II 2025.
Pertumbuhan positif ini tercermin dari meningkatnya adopsi Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS), baik dari sisi merchant, pengguna, maupun volume transaksi, serta perluasan implementasi sistem pembayaran digital dalam pemungutan pajak dan retribusi daerah.
Bank Indonesia mencatat sampai dengan triwulan II/ 2025, perkembangan akseptasi digital di Pulau Dewata tumbuh positif, tercermin dari aspek pertumbuhan jumlah merchant QRIS sebesar 16% (yoy), volume transaksi QRIS sebesar 68% (yoy), serta jumlah pengguna sebesar 6% (yoy).
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Erwin Soeriadimadja, Rabu (20/8) menyampaikan, perkembangan ini tidak hanya meningkatkan inklusi keuangan, tetapi juga memperkuat transparansi fiskal serta mendukung akselerasi ekonomi digital daerah.
Perkembangan digitalisasi juga terlihat dari perkembangan digitalisasi semester I/2025 dengan nominal transaksi nontunai dan digital pajak sebesar Rp 6,45 triliun dan retribusi Rp 907 miliar.
Beradasarkan data, jumlah merchant QRIS mencapai 996 354 merchant atau tumbuh 16% secara tahunan. Untuk sebaran volume transaksi mencapai 91,5 persen transaksi berada di Sarbagita. Tertinggi ada di Denpasar mencapai 26.516 transaksi, Badung 21.219 transaksi, Gianyar 8.226 transaksi, Tabanan 2.664 transaksi, Buleleng 2.166, Klungkung 1.125, Karangasem 1.246 Jembrana 461 dan Bangli 430 transaksi.
Dari sisi volume transaksi mencapai 64.071.154 atau tumbuh transaksi 68% pada Juni 2025. Untuk pengguna QRIS mencapai 1.101.009 pengguna atau tumbuh 6% (yoy). Erwin menerangkan, merchant terbanyak berada di Denpasar 418.354 atau 42%, Badung 259.052 atau 26%, Tabanan 59.781 atau 6%, Gianyar 99.635 atau 10%, Karangasem 29.893 atau 3%, Buleleng 69.182 atau 7%, Jembrana 30.300 atau 3% dan Bangli 19.475 atau 2%.
“Merchant terbanyak di usaha mikro mencapai 55,90%, usaha kecil 32,3%, usaha menengah 8,11%, usaha besar 3,32% dan lainnya 0,38%,” terangnya.
Selain QRIS, Bank Indonesia mengungkapkan perkembangan digitalisasi dari sisi pajak. Nominal mencapai Rp3.263,43 miliar hingga semester I/2025. Berdasarkan persentase pada semester I/2025 untuk transaksi digital mencapai 50,61%, semi digital 48,96%.
Begitupula berdasarkan perkembangan digitalisasi retribusi hingga semester I/2025, semi digital mencapai Rp657,23 miliar, digital Rp238,71 miliar, QRIS11,47 miliar.
Erwin pun menambahkan inovasi sistem pembayaran melalui QRIS Cross Border turut mencatat perkembangan positif di Bali. Implementasi QRIS Cross Border di Bali tumbuh positif, tercermin dari aspek pertumbuhan nominal transaksi sebesar 41% (mom) dan volume transaksi sebesar 32% (mom) pada bulan Mei 2025. QRIS Cross Border memfasilitasi perdagangan dan sektor pariwisata, khususnya bagi UMKM, serta memperkuat stabilitas makroekonomi melalui pengunaan mata uangan lokal dalam transaksi bilateral.
Sejak 17 Agustus 2025, QRIS Cross Border telah resmi terhubung dengan Singapura, Thailand, Malaysia, dan Jepang. Implementasi ini diharapkan dapat mempermudah transaksi wisatawan mancanegara, sekaligus mendorong aktivitas perdagangan internasional.
Selain QRIS Cross Border, inovasi terbaru QRIS Tap juga mulai diperkenalkan. Berbasis teknologi Near Field Communication (NFC), QRIS Tap memungkinkan transaksi dilakukan hanya dengan menempelkan perangkat, tanpa perlu memindai kode QR.
Transaksi berdasarkan pembayaran menggunakan QRIS (dinamis dan statis) pada Trans Sarbagita dan TMD pada 2025 yang berpotensi beralih ke QRIS Tap tercatat Trans Sarbagita mencapai 51.588 volume transaksi dengan nominal Rp 147.853.700 dan volume transaksi TMD mencapai 116.985 dengan nominal Rp 644.998.400. (Suardika/bisnisbali)