
TABANAN, BALIPOST.com – Desa Marga Dauh Puri, Kecamatan Marga, Tabanan dalam kurun waktu satu bulan mampu mengedukasi dan mendorong sebagian warganya memilah sampah sejak dari rumah tangga. Desa ini pun hanya mengirimkan residu ke TPA Mandung.
Camat Marga, I Gede Nengah Sugiarta, mengatakan program Gema Mesari (Gerakan Bersama Mengelola Sampah Sendiri) ini merupakan upaya nyata dalam mengatasi persoalan sampah. “Dari skala kecil, kami ingin berbuat nyata. Di Desa Marga Dauh Puri masyarakat sudah mulai mengolah sampah organik dengan planter bag yang didanai dari dana desa, serta diberi enzim untuk mempercepat proses penguraian,” jelasnya, Rabu (20/8).
Selain pengolahan berbasis sumber, Desa Marga juga tengah menyiapkan pembangunan TPS3R melalui skema tukar guling lahan antara desa adat dan warga.
Lokasi baru yang dinilai strategis ini ke depannya akan menjadi pusat pengolahan terpadu, sehingga semua jenis sampah bisa ditangani di desa tanpa perlu lagi dibawa ke TPA.
“Harapannya, keberhasilan Marga Dauh Puri bisa direplikasi desa lain di Kecamatan Marga. Kami ingin seluruh kawasan Marga benar-benar bersih dan terbebas dari sampah,” tegas Sugiarta.
Perbekel Marga Dauh Puri, I Wayan Wiryanata, menambahkan edukasi ke warga masih berjalan. Saat ini setidaknya baru sekitar 40 persen warga yang rutin memilah sampah, sisanya masih didampingi secara door to door oleh tim terpadu desa.
Meski demikian, dalam sebulan terakhir hasilnya sudah dua kali pengangkutan sampah residu ke TPA Mandung. “Mengubah pola pikir masyarakat memang butuh proses. Setiap hari kami bersama tim turun ke rumah warga, mengecek pemanfaatan planter bag dan cairan EM4,” jelasnya.
Wiryanata menargetkan 75 persen warganya melakukan pemilahan, karena sisanya diyakini akan mengikuti secara otomatis. Sampah organik diolah dengan planter bag menjadi kompos, sampah plastik dikumpulkan di bank sampah untuk dijual, sementara residu, seperti popok sekali pakai dan pembalut diangkut ke TPA.
“Kalau ada warga yang tidak memilah, risikonya sampah mereka tidak akan diangkut. Astungkara, belakangan ini tidak ada lagi sampah residu di sungai. Padahal dulu, dalam aksi bersih sungai bisa sampai dua truk popok terangkut,” ungkapnya.
Ke depan, kompos hasil pengolahan organik akan dimanfaatkan sebagai pupuk. Desa juga menyiapkan program lanjutan berupa pembagian pohon produktif, seperti jeruk nipis, untuk ditanam di tiap banjar. “Dengan begitu, warga tidak hanya mengurangi sampah, tapi juga mendapatkan manfaat ekonomi dari hasil olahan,” tambahnya. (Puspawati/balipost)