Berbagai layangan lucu dan menarik mewarnai hari pertama Festival Layangan Internasional di Pantai Mertasari Sanur (31/7). (BP/suk)

DENPASAR, BALIPOST.com –  Ke depan kegiatan pelayangan diharapkan tidak lagi dipandang sebelah mata. Hal ini disampaikan Ketua Panitia Rare Angon Festival, Gede Eka Surya Wirawan, Rabu (6/8).

Ia mengutarakan dalam festival yang berlangsung dari 31 Juli hingga 3 Agustus 2025 itu diikuti ratusan peserta yang berasal dari 23 negara. Selama empat hari pelaksanaan, rangkaian kegiatan festival tidak hanya diisi dengan kompetisi layangan tradisional, tetapi juga atraksi layangan balon berisi lampu yang dilangsungkan pada malam hari, menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung.

Baca juga:  19 Pelabuhan Ini Beri Kemudahan Layanan Yacht Asing

“Jangan hanya dilihat dari sisi kemacetan atau insiden yang diakibatkan layang- layang. Mari berkoordinasi bersama karena ini bagian dari budaya, tradisi, dan hiburan masyarakat Denpasar dan Bali,” ujarnya.

Di hari kedua, ungkapnya, peserta dari 23 negara ikut serta dalam atraksi malam menerbangkan layangan balon berlampu yang memikat antusiasme masyarakat. “Bahkan, karena tingginya permintaan, atraksi ini kembali digelar pada hari terakhir festival,” jelasnya.

 

Salah satu peserta dari Jerman, Wolfgang Bieck, bersama rekannya Monghi, menyampaikan kekagumannya terhadap budaya gotong royong masyarakat Bali. Ia menilai bahwa semangat kebersamaan dalam menerbangkan satu layangan menjadi daya tarik tersendiri.

Baca juga:  Dari Pelaku Pariwisata di Lovina Mulai Jual Aset hingga Kronologi Terjunnya Pemotor

“Saya sangat kagum dengan budaya gotong royong di Bali. Menaikkan satu layangan dilakukan bersama-sama. Hal ini sangat menarik dan menyentuh hati peserta dari negara lain,” ungkapnya.

Ia juga mengaku senang bisa mengenal lebih dekat budaya Bali dan Indonesia melalui ajang Rare Angon Festival ini.

Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Denpasar, I.B. Alit Wiradana mengatakan, secara resmi
Rare Angon Festival yang diselenggarakan oleh Komunitas Rare Angon dari tanggal 31 Juli hingga 3 Agustus 2025 di Pantai Mertasari telah ditutup. Penutupan festival ini berlangsung di Gedung Dharma Negara Alaya, Denpasar.

Baca juga:  Cok Ace : Bali Harus Miliki "Medical Destination"

Acara penutupan ditandai dengan penyerahan piagam kepada 23 negara peserta serta penyerahan piala bergilir kepada para juara lomba layangan Janggan kategori Dewasa, Bebean, dan Pecukan.

Ia menilai festival ini telah menjadi simbol pelestarian nilai-nilai luhur budaya Bali serta wahana edukasi dan hiburan bagi masyarakat lokal maupun wisatawan mancanegara. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN