Rumah Kaca di Pesisir Karangdadi sudah tidak berfungsi, kini malah sudah keropos. (BP/gik)

SEMARAPURA, BALIPOST.com – Rumah kaca di Pesisir Karangdadi Desa Kusamba, Klungkung, nampaknya tak bisa dimanfaatkan. Rumah kaca bantuan Kementerian Kelautan dan Perikanan RI ini mangkrak dan sudah keropos, bagian atapnya satu per satu hilang diterbangkan angin kencang.

Pihak kelompok petani garam setempat, sempat berusaha memanfaatkannya, namun hasilnya tidak sesuai harapan.

Ketua Kelompok Petani Garam Sarining Segara Mangku Rena, Jumat (1/8), mengatakan Sarana Niaga Garam Rumah Kaca ini merupakan bantuan Direktorat Jendral Pengelolaan Ruang Laut, Direktorat Jasa Kelautan Tahun 2022. Selain rumah kaca, di sebelahnya juga ada satu unit bangunan lain, yang rencananya dipakai tempat alat pengolahan. Namun, kedua unit bangunan ini akhirnya tidak bermanfaat.

Baca juga:  Beberapa Tahun Mangkrak, Disperindag Kembali Ajukan Anggaran IKM Celuk dan Pasar Silakarang

Bantuan itu diserahkan kepada Koperasi Lepp Mina Segara Dana, kemudian dari pihak koperasi menyerahkan pengelolaannya kepada Kelompok Petani Garam Sarining Segara Desa Kusamba. Namun, setelah diupayakan untuk dikelola dan dimanfaatkan untuk membuat garam di dalam rumah kaca sebagai tempat penjemuran, petani garam tidak sanggup memanfaatnya.

“Bangunan itu sudah tidak berfungsi. Gagal difungsikan. Saya sampai sempat studi ke Rumah Kaca di Gerokgak, saya sampai coba lima kali, gagal. Jadinya malah garam biasa. Setelah dikomunikasikan dengan pihak pengelola rumah kaca di Gerokgak, kalau rumah kaca katanya tidak boleh sama sekali kemasukan angin,” kata Mangku Rena.

Baca juga:  Ombak Besar Terjang Rumah Warga hingga Lahan Petani Garam

Hal itu menyebabkan pembuatan garam di dalam rumah kaca disana selalu gagal, karena lokasi rumah kacanya ada di pesisir Karangdadi. Jadi saat dipraktekkan di pesisir Karangdadi, selalu gagal total. Menurut dia, garam yang diproduksi di rumah kaca, mestinya hasilnya berbeda dengan garam yang diproduksi dengan cara tradisional di Kusamba. Garam yang diproduksi di rumah kaca, butirannya akan berbentuk seperti es batu. Kadang berbentuk segi lima maupun segi empat.

Baca juga:  Sebulan Masuk Prolegda, Belum Ada Satupun Ranperda Dibahas

“Saat konsultasi itu saya sampai tanya pH air yang harus dijemur berapa, ketinggiannya berapa, sudah saya ikuti, jadinya malah garam biasa. Jadinya rugi,” imbuh Mangku Rena.

Dia menambahkan, petani garam yang ada di kompleks pesisir Karangdadi sudah luar biasa susahnya. Mereka harus bertahan dengan kondisi ombak ganas, meski sudah dibangun tanggul pengaman pantai. Belum lagi cuaca belakangan yang lebih sering mendung dan hujan lebat. “Kami sudah tidak berproduksi maksimal sejak Desember sampai sekarang. Kalau ombaknya naik, selalu menghancurkan petakan, juga membawa batu/kerikil,” katanya. (bagiarta/balipost)

BAGIKAN