
TABANAN, BALIPOST.com – Fenomena ketimpangan minat siswa baru kembali terlihat di tahun ajaran 2025/2026. Jika sejumlah SMA favorit di kota kelebihan pendaftar hingga ribuan, SMAN 1 Marga yang terletak di wilayah pinggiran justru baru menerima 64 siswa dari total kuota 432.
Kepala SMAN 1 Marga, I Wayan Dedi Armana, menyebut untuk hasil seleksi tahap satu, sekolahnya menerima 64 siswa yang dinyatakan masuk dan bisa mendaftar kembali. Namun, Selasa (15/7) dari 64 siswa tersebut baru mendaftar kembali 30 siswa.
Rendahnya minat siswa mendaftar ke sekolahnya disebabkan persepsi masyarakat yang masih berorientasi ke sekolah-sekolah di pusat kota dan dominannya pilihan ke SMK.
“Di Kecamatan Marga ini sebenarnya ada empat SMP dengan total lulusan lebih dari 800 siswa. Tapi minat ke sekolah kami masih rendah karena mereka lebih memilih ke kota dan ada juga yang SMK,” jelasnya.
Ironisnya, sekolah-sekolah negeri di wilayah kota Tabanan justru mengalami kelebihan pendaftar secara drastis. SMAN 1 Tabanan misalnya, dengan kuota hanya sekitar 400 siswa, menerima lebih dari 1.800 pendaftar. Begitu juga dengan SMAN 2 Tabanan dan SMAN 1 Kediri yang kelebihan kuota secara signifikan.
“Dari perhitungan kami, setidaknya ada 1.500 lebih siswa yang tidak diterima di tiga sekolah itu. Kami prediksi sebagian besar dari mereka akan bergeser ke SMAN 1 Marga,” ungkapnya.
Dedi Armana menegaskan, sejatinya kualitas pendidikan tidak seharusnya diukur dari lokasi sekolah. Ia menyayangkan masih kuatnya anggapan masyarakat bahwa sekolah di kota lebih unggul dibanding sekolah di desa. “Kurikulum sama, guru sama, bahkan fasilitas kami pun tak kalah,” ujarnya.
SMAN 1 Marga, lanjutnya, juga telah dilengkapi lab komputer dengan 170 unit, akses Wi-Fi dan proyektor di setiap kelas, aula, hingga lapangan sepak bola. Luas sekolah yang mencapai satu hektare juga menjadi nilai tambah dari sisi kenyamanan dan ruang gerak siswa. Namun, tantangan utama tetap pada persepsi masyarakat dan tren sentralisasi siswa di sekolah-sekolah “unggulan”.
Meski baru menerima 64 siswa, SMAN 1 Marga tetap membuka pendaftaran hingga dimulainya Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS). Pihaknya optimistis jumlah pendaftar akan meningkat seiring penolakan siswa dari sekolah lain dan kebijakan pemerintah yang melarang penggelembungan rombongan belajar.
“Tahun lalu kami hanya dapat satu rombel, sekarang sudah dua. Kami harap tahun ini bisa sesuai kuota. Sistem sudah bagus, tinggal bagaimana masyarakat menyikapinya,” katanya.
Dedi pun berharap ada perubahan cara pandang terhadap pendidikan, bahwa kualitas tidak hanya ada di sekolah kota. “Kalau semua siswa berkumpul di satu titik, bagaimana dengan sekolah lain? Padahal semua punya potensi yang sama untuk berkembang,” tutupnya. (Puspawati/Balipost)