
SEMARAPURA, BALIPOST.com – Proses gladi bersih Pawai PKB dari Desa Adat Gelgel telah berjalan cukup lancar.
Dari proses gladi itu, ada beberapa catatan yang menjadi bahan evaluasi, sebelum tampil dalam Peed Aya PKB 21 Juni 2025. Salah satunya, terkait dengan efisiensi waktu.
Hasil evaluasi ini sudah dapat diatasi, agar waktu tampil tidak lebih dari waktu yang disediakan panitia, maksimal selama 15 menit.
Bendesa Adat Gelgel I Putu Arimbawa, Jumat (20/6), mengatakan sesuai dengan hasil monitoring sebelumnya dari Tim Kurator Provinsi Bali, bahwa saat itu penampilan para seniman menghabiskan waktu 22 menit.
Hasil evaluasi itu menjadi acuan Desa Adat Gelgel sebagai Duta Kabupaten Klungkung untuk melaksanakan gladi.
“Akhirnya setelah melakukan perubahan-perubahan kecil, tim penggarap bisa selesaikan penampilan sampai waktu 17 menit. Ada beberapa koreksi, terkait beberapa baris yang dibuat lebih mepet. Karena barisan gong dengan penari masih agak jauh-jauh,” kata Arimbawa.
Selain itu, ada juga catatan dari Kepala Dinas Kebudayaan Klungkung, terkait dengan posisi penari pada saat menunggu pragmentari, agar tidak menutupi pandangan penonton. Sehingga disarankan meskipun dalam posisi menunggu, agar juga tetap menari.
Secara keseluruhan, dia menegaskan semua persiapan sudah berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Ada juga sejumlah perubahan, seperti rejang renteng, gerakannya berubah, karena memang terinsipirasi dari Tari Rejang Renteng yang disakralkan.
Tari Baris Oncer Ganda pun tidak ditarikan secara utuh, hanya ditarikan beberapa bagian saja. Termasuk juga Tari Baris Jangkang diposisikan para penarinya lebih mepet lagi, sehingga nyambung dengan gongnya dan waktunya bisa selesai lebih efektif.
Dengan gladi ini, dipastikan tidak sampai ada pengurangan jumlah seniman, tetapi lebih kepada memaksimalkan pemanfaatan waktu. “Kami sudah cukup siap untuk mewakili Klungkung, dengan keterbatasan yang kita punya,” kata tegas Arimbawa.
Duta Klungkung dari Desa Adat Gelgel ini melibatkan sekitar 275 seniman inti. Kalau ditambah dengan tenaga teknis yang lain, jumlahnya sekitar 360 orang.
Dalam mempersiapkan ini, desa adat dibantu anggaran dari pemerintah daerah sebesar Rp 250 juta dipotong pajak. Sementara RAB yang keluar dari Tim Penggarap itu sekitar Rp 420 juta, karena harus menghandle ratusan orang.
Untuk menutupi kekurangan itu, diambilkan dari kas desa adat, partisipasi masyarakat, sumbangan dari tokoh masyarakat maupun organisasi non pemerintah. Ini menurut Arimbawa yang patut diapresiasi, ada semangat untuk berjuang bersama menjaga nama baik desa adat.
Duta Klungkung mendapat urutan nomor 6. Kemungkinan start dalam Peed Aya mulai pukul 16.00 WITA. Dari pengalaman sebagai Duta Klungkung ini, Arimbawa berharap ke depan pemerintah daerah bisa memberikan perhatian lebih, bukan sekedar masalah dana, tetapi juga dapat membantu mengkoordinasi dengan instansi yang lain.
Karena sebenarnya desa adat hanya sebagai pelaksana. Sementara terkait koordinasi, akan lebih efektif langsung dari unsur pemerintah saat melakukan koordinasi dengan lembaga pemerintah yang lain.
“Semua desa adat tentu akan berupaya ketika diberikan tanggung jawab. Ini menjadi salah satu konsekuensinya,” tutup Arimbawa. (Bagiarta/balipost)