
BANGLI, BALIPOST.com – Sektor pariwisata Bangli masih menyimpan potensi pendapatan yang luar biasa besar, jauh melebihi capaian saat ini.
Menurut Anggota DPRD Bangli, I Wayan Sudiasa pendapatan dari retribusi wisata yang sekarang didapatkan baru mencapai sekitar 50 persen dari potensi sesungguhnya. “Artinya masih ada peluang besar untuk menggali dan mengoptimalkan pendapatan dari pariwisata, ” kata Sudiasa, Rabu (18/6).
Menurutnya, kunci untuk mengoptimalkan pendapatan retribusi pariwisata terletak pada inovasi. Salah satu yang bisa dilakukan adalah menerapkan konsep “one gate” atau satu pintu pembayaran.
Saat ini, wisatawan yang berkunjung ke Bangli dikenai biaya di setiap objek wisata, misalnya di Kintamani dan tempat lainnya. Menurut Sudiasa, Pemkab Bangli perlu mengkaji untuk memberlakukan satu kali pembayaran retribusi, misalnya dengan Rp 200.000, yang akan memungkinkan wisatawan menjelajahi semua objek wisata di Bangli tanpa perlu membayar lagi.
“Ini akan sangat efektif untuk meningkatkan retribusi. Selain itu, sistem ini juga penting untuk tata kelola objek wisata. Pemda akan memiliki kewenangan penuh untuk mengelola dan mendistribusikan pendapatan demi pengelolaan kawasan yang lebih baik,” jelas Sudiasa.
Konsep “one gate” ini, lanjutnya, tidak hanya menguntungkan wisatawan dengan mempermudah akses, tetapi juga menjadi strategi pemasaran yang efektif. Dengan satu tiket, wisatawan akan lebih termotivasi untuk mengunjungi dan mengenal lebih banyak objek wisata di Bangli.
Ide ini, kata dia bukan hanya pemikirannya sendiri, melainkan juga hasil diskusi dengan Ketua ASITA (Asosiasi Travel Agent Indonesia) Bali. “Saya berdiskusi dengan Ketua ASITA, dan beliau juga punya ide seperti itu. Ini ide yang luar biasa,” tambahnya.
Sudiasa juga menekankan pentingnya sertifikasi dan standardisasi objek wisata oleh Pemda. “Objek-objek ini harus tersertifikasi dengan baik. Pemda harus melakukan standardisasi di objek-objek agar kualitasnya benar-benar bisa dipertanggungjawabkan dan memberikan kenyamanan bagi wisatawan,” pungkasnya. (Dayu Swasrina/Balipost)