Seorang pengendara melintasi jalan di Desa Jelekungkang, Bangli. Desa Adat Jelekungkang, Kabupaten Bangli berencana membangun Taman Gumi Banten. (BP/Istimewa)

BANGLI, BALIPOST.com – Desa Adat Jelekungkang, Kabupaten Bangli berencana membangun Taman Gumi Banten. Inisiatif ini digagas untuk melestarikan keanekaragaman tanaman yang esensial dalam upakara, sekaligus membuka potensi edukasi dan pariwisata.

Bendesa Adat Jelekungkang, I Nengah Merta mengungkapkan, alasan di balik rencana pembangunan Taman Gumi Banten ini karena di Desa Adat Jelekungkang banyak terdapat berbagai jenis tanaman upakara yang sering dicari masyarakat. Antara lain kelapa.

Di Jelekungkang terdapat aneka jenis kelapa seperti kelapa gading, gadang, kelapa julit, dan jenis kelapa lainnya, serta beragam jenis dedaunan, umbi-umbian, dan temu-temuan. Keanekaragaman ini bahkan sempat menarik perhatian Universitas Udayana (Unud) untuk meneliti DNA kelapa di wilayah tersebut. “Kami ingin lestarikan, jangan sampai punah ke depannya,” kata Merta.

Baca juga:  Pantau Arus Mudik Lebaran, Denpasar Gelar Posko Terpadu di 4 Lokasi Ini

Untuk mewujudkan rencana itu, Desa Adat Jelekungkang berencana memanfaatkan salah satu lahan laba milik desa adat yang sudah tidak terpakai, seluas sekitar 50 are sebagai lokasi utama Taman Gumi Banten. Lahan ini akan menjadi tempat penanaman berbagai tanaman buah, bunga, dedaunan, temu-temuan dan umbi-umbian yang memiliki nilai sakral dalam upacara.

Desa Adat Jelekungkang juga akan melakukan kerja sama dengan Ditjen Bimas Hindu atau Kementerian Agama. Desa Adat Jelekungkang berharap mendapatkan pendampingan dan bantuan tanaman yang belum tersedia, sembari terus melestarikan jenis yang sudah ada.

Baca juga:  Tiga Warung di Bangli Disidak, Puluhan Liter Miras Diamankan

Merta mengatakan ke depannya pihaknya merancang setiap tanaman di Taman Gumi Banten akan dilengkapi dengan literasi informatif, seperti fungsi, nama Latin, model tanaman, penggunaannya dalam upakara, hingga khasiat kesehatannya. “Contoh temu agung, fungsi untuk apa, bahasa Latinnya apa, model tanamannya seperti apa, digunakan dalam upakara apa, fungsi kesehatannya untuk apa, dalam bentuk literasinya,” jelasnya.

Pemeliharaan Taman Gumi Banten akan melibatkan baga-baga desa adat, seperti baga kebersihan dan pertamanan, serta Sekaa Teruna dan Pakis. Kolaborasi ini tidak hanya bertujuan untuk pelestarian, tetapi juga untuk memberikan nilai tambah dalam pengembangan pariwisata dan edukasi bagi anak-anak di masa mendatang.

Baca juga:  Aktivitas Gunung Agung Meningkat, Semburan Abu Mencapai 2000 Meter

Meskipun fokus utama adalah pelestarian dan kepentingan ritual, pengembangan Taman Gumi Banten juga membuka peluang ekonomis. Tanaman langka yang berhasil diperbanyak bisa dijual, akan memudahkan masyarakat yang mencari. “Kalau dikembangkan lebih lanjut pasti akan berbicara ekonomis di samping selain berbicara kepentingan upacara ritual. Tidak ada salahnya,” ujarnya.

Dengan mengusung konsep Bali, lanjut Merta siapa pun yang nantinya berkunjung ke Taman Gumi Banten untuk mencari tanaman yang dibutuhkan, diharapkan dapat nunas atau memohon berkah dengan tulus, dengan ngaturang canang sari seikhlasnya. “Karena itu bukan milik kita tapi milik alam,” imbuhnya seraya berharap ide ini bisa terealisasi tahun ini. (Dayu Swasrina/balipost)

BAGIKAN