Desa Adat Asahduren yang berada di Kecamatan Pekutatan melaksanakan Tumpek Krulut dengan sejumlah tradisi yang dilakukan turun temurun. (BP/Istimewa)

NEGARA, BALIPOST.com – Desa Adat Asahduren yang berada di Kecamatan Pekutatan melaksanakan Tumpek Krulut dengan sejumlah tradisi yang dilakukan turun temurun. Selain dengan saling mengunjungi atau sarana berkumpul kerabat maupun tetangga untuk menjalin kekerabatan, desa adat juga memohon panugerahan untuk sarana yang memiliki bunyi, semisal gamelan gong.

Untuk perayaan Tumpek Krulut ini, menjadi momen spesial bagi Desa Adat Asahduren. Secara khusus sekaa gong kebyar, Tri Bhuwana Suara Desa Asahduren menggelar persembahyangan sekaligus nunas panugerahan di Pura Puseh Desa Asahduren, mengingat tahun ini menjadi duta Kecamatan Pekutatan untuk ikut seleksi duta Pekan Kesenian Bali (PKB) di tingkat Kabupaten.

Baca juga:  Desa Adat Jelekungkang Rancang Agrowisata Durian

Bendesa Adat Asahduren, I Kadek Suentra mengatakan sudah menjadi tradisi dari waktu ke waktu di momen tumpek krulut dilakukan untuk melestarikan adat dan tradisi khususnya persembahyangan untuk barang yang menimbulkan bunyi. Termasuk gong-gong yang ada di Pura Khayangan Tiga. “Setiap Tumpek Krulut sekaa gong melakukan persembahyangan di masing-masing Pura Khayangan Tiga. Baik Pura Puseh dan Pura Dalem,” terang Suentra.

Khusus untuk Tumpek Krulut yang dilaksanakan Sabtu (7/6), sedikit berbeda dengan persembahyangan di Pura Puseh nunas panugerahan bagi sekaa gong kebyar dewasa yang mewakili Kecamatan Pekutatan untuk bertanding dengan kecamatan lain saat HUT Kota Negara, Agustus nanti. “Kebetulan Sekaa Gong Kebyar Tri Buana Suara terpilih untuk mewakili Kecamatan Pekutatan dalam lomba gong kebyar tingkat kabupaten. Menunggu jadwal untuk seleksi yang digelar di balai desa dengan mengundang sejumlah pihak terkait,” terangnya.

Baca juga:  Wabup Ipat Hadiri Penyerahan DIPA dan TKDD Tahun Anggaran 2022

Menjadi perwakilan kecamatan, sekaa ini juga mendapatkan bantuan senilai Rp50 juta dan Desa Asahduren Rp30 juta. “Sisanya nanti desa adat yang mengcover, perkiraan kami lebih dari Rp100 juta untuk tampil menjadi duta kecamatan,” terang Suentra.

Untuk mengasah keterampilan gamelan menghadapi lomba, sekaa setiap malam menggelar latihan. Selain gamelan yang menimbulkan suara indah, Tumpek Krulut juga dilakukan dengan tradisi saling mengunjungi kerabat ataupun keluarga. “Momen ini kita lakukan untuk saling mengunjungi keluarga, untuk merekatkan persaudaraan, termasuk juga orang terdekat dengan saling mendoakan,” kata Suentra. Secara turun temurun, perayaan Tumpek Krulut digelar warga di wewidangan Asah Duren, desa Pekutatan.  (Surya Dharma/balipost)

Baca juga:  Desa Adat Manggissari Terus Berupaya Jaga Warisan Leluhur 
BAGIKAN