Akses jalan rabat beton yang berada di pinggir Pantai Pebuahan amblas karena terus menerus diterjang gelombang tinggi. (BP/Istimewa)

NEGARA, BALIPOST.com – Gelombang tinggi yang menghantam pesisir pantai Pebuahan, Desa Banyubiru, Kecamatan Negara, belakangan ini mengakibatkan akses jalan rabat beton amblas.

Beberapa warga tampak berhati-hati saat melintasi jalan sempit di antara rumah-rumah penduduk sebagai jalan alternatif. Akses utama warga kini hilang lantaran amblas diterjang ombak.

Sejumlah warga, Selasa (13/5) kemarin mengatakan selama sepekan terakhir, gelombang tinggi terus menggerus garis pantai.

Akibatnya, jalan rabat beton sepanjang lima meter yang menjadi akses utama warga dan nelayan runtuh, menyisakan bekas longsoran yang menganga di antara permukiman. “Sejak seminggu lalu jalan sudah mulai tergerus, setiap hari makin parah. Sekarang kami harus lewat halaman rumah tetangga untuk ke mana-mana,” ujar seorang warga yang rumahnya tak jauh dari lokasi abrasi.

Baca juga:  Melasti, Desa Adat Nusasari Tampilkan Gong Adimradangga Yasa Kerthi

Jalan yang putus itu hanya berjarak sekitar 20 meter dari ujung barat revetment (struktur pelindung pantai) yang dibangun pada tahun 2024. Namun, perlindungan tersebut belum menjangkau seluruh kawasan, termasuk bagian pantai tempat para nelayan meletakkan perahu mereka.

Bagi sekitar 15 kepala keluarga di sisi barat jalan yang putus, ini bukan sekadar soal jalan rusak. Ini adalah soal keterbatasan hidup. Aktivitas sehari-hari terganggu, terutama bagi para nelayan yang kini harus memutar jalur dengan sepeda motor untuk membawa hasil tangkapan mereka.

Baca juga:  Gelombang Tinggi, Nelayan di Karangasem Tak Bisa Melaut

“Nelayan tetap melaut, tapi untuk angkut ikan dan peralatan jadi susah. Belum lagi kalau ada yang sakit atau butuh ke kota,” kata Klian Banjar Pebuahan, Kanzan.

Ia menyebut abrasi makin parah, dan kekhawatiran warga meningkat setiap kali ombak besar datang.

Menurut Kepala Pelaksana BPBD Jembrana, I Putu Agus Artana Putra, wilayah pesisir Jembrana memang tergolong dalam kategori risiko tinggi terhadap bencana gelombang ekstrim dan abrasi. “Pantai Pebuahan termasuk yang tertinggi risikonya,” ujarnya.

Baca juga:  Dihantam Gelombang Tinggi, Perahu Nelayan Terbalik di Perairan Kubu

Menanggapi kondisi ini, BPBD telah mengerahkan tim reaksi cepat untuk melakukan asesmen. Hasil dari peninjauan itu akan menjadi dasar penanganan lebih lanjut. BPBD menurutnya akan melakukan asesmen untuk melihat kerusakan dan menentukan solusi. (Surya Dharma/balipost)

BAGIKAN