Anak-anak melihat tradisi Ngelawang yang dipentaskan usai Galungan. (BP/eka)

MANGUPURA,BALIPOST.com – Jika kalian pernah berkunjung ke Bali saat Hari Raya Galungan atau Kuningan, mungkin pernah melihat sekumpulan anak-anak berkeliling desa membawa barong sambil diiringi suara gamelan.

Ritual ini disebut Ngelawang, salah satu tradisi kuno yang masih lestari sampai sekarang.

Yuk, kita simak 5 hal tentang ngelawang yang merupakan ritual penolak bala ini, dikutip dari berbagai sumber:

1. Asal Kata “Ngelawang”

Ternyata, istilah Ngelawang diambil dari kata lawang yang berarti pintu. Sesuai namanya, pementasan ini dilakukan dengan mendatangi rumah-rumah, dari satu pintu ke pintu lainnya, bahkan dari satu desa ke desa lain. Jadi bukan sekadar pawai biasa, ya!

Baca juga:  Hari Pangan dan Sambut Galungan, MFM Sakah Gelar Bazaar Murah

2. Tradisi Tolak Bala dengan Barong

Dalam Ngelawang, biasanya anak-anak mengarak Barong Bangkung — barong berbentuk babi — atau kadang juga Barong berbentuk binatang lain seperti harimau. Tujuannya? Untuk mengusir roh-roh jahat (dalam kepercayaan Hindu Bali disebut bhuta kala) yang bisa membawa penyakit atau bencana bagi desa.

3. Dirayakan Saat Galungan dan Kuningan

Momen Ngelawang biasanya muncul saat Hari Raya Galungan dan Kuningan, yaitu perayaan besar umat Hindu Bali untuk menyambut kemenangan Dharma (kebaikan) atas Adharma (kejahatan). Ngelawang menjadi bagian dari upaya spiritual masyarakat untuk membersihkan lingkungan mereka dari energi negatif.

Baca juga:  Juli 2019, Inflasi Bali Lebih Tinggi dari Nasional

4. Anak-anak Sebagai Pemeran Utama

Yang unik, Ngelawang justru dimainkan oleh anak-anak! Mereka berkeliling sambil menari, memainkan gamelan kecil, dan tentunya membawa Barong. Ini jadi cara sekaligus untuk menanamkan budaya dan nilai-nilai spiritual kepada generasi muda Bali sejak dini.

5. Ada Ritual Memberi “Haturan”

Saat rombongan Ngelawang mampir ke rumah warga, pemilik rumah biasanya memberikan uang atau sesajen sebagai bentuk haturan (persembahan). Ini bukan sekadar “bayaran”, tapi lebih ke bentuk rasa syukur dan partisipasi dalam ritual tolak bala. (Pande Paron/balipost)

Baca juga:  Berkas Kasusnya P21, Pensiunan Militer AS Terlibat Rudapaksa Sudah Kabur
BAGIKAN