Petugas damkar bersama kepolisian dan warga memadamkan api yang membakar sebuah rumah di Desa Sukawana, Kintamani (BP/Ist)

BANGLI, BALIPOST.com – Sebuah rumah di Desa Sukawana, Kintamani, ludes terbakar pada Minggu (2/2) pagi. Akibatnya pemilik rumah yang berprofesi sebagai petani, mengalami kerugian material hingga Rp 100 juta.

Kebakaran yang terjadi di rumah milik I Made Peraya (77) dan I Ketut Tumpuk Atmaja (75) pertama kali diketahui oleh I Gede Ardana (63), seorang saksi yang hendak pergi ke kebun sekitar pukul 05.30 wita. Saat melintas di depan rumah korban, ia melihat api sudah menyala dan membakar rumah yang sehari-harinya dalam keadaan kosong itu.

Baca juga:  PT. Pos Indonesia Ingatkan Warga Segera Cairkan BSU

Saksi kemudian memberitahukan kejadian ini kepada warga sekitar dan berusaha memadamkan api dengan peralatan seadanya. Warga juga segera menghubungi petugas pemadam kebakaran.

Dua unit mobil pemadam kebakaran dari Kabupaten Bangli akhirnya tiba di lokasi sekitar pukul 07.12 WITA dan langsung berjibaku memadamkan api bersama warga. Tak lama kemudian api akhirnya berhasil dipadamkan.

Kapolsek Kintamani Kompol I Nengah Sukerna dikonfirmasi mengatakan pihaknya telah mendatangi lokasi kebakaran untuk melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) dan mengumpulkan keterangan dari saksi-saksi. Dikatakan bahwa tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut. Namun, kerugian materiil yang dialami korban diperkirakan mencapai Rp 100 juta. “Penyebab kebakaran diduga akibat konseleting arus listrik,” kata Sukerna.

Baca juga:  Real Count KPU, Koster-Giri Unggul Sementara di Pilgub Bali

Sementara itu warga Sukawana berharap Pemkab Bangli menyiagakan armada damkar di Kintamani. Hal itu untuk mempercepat penanganan jika terjadi kebakaran di Kecamatan Kintamani.

Sebagaimana yang disampaikan I Made Somia, warga Desa Sukawana, dikatakan bahwa sudah terjadi tiga kali kebakaran di Desa Sukawana sepanjang 2024 hingga saat ini. Semuanya bangunan yang terbakar kondisinya ludes.

Dia meyakini Damkar Bangli sudah bekerja keras untuk menangani kebakaran. Hanya saja sering kali terlambat dalam mengantisipasi kerugian yang lebih besar. “Kami harapkan ada damkar yang standby di kintamani, sebab jarak perkampungan yang jauh. Kalau di pedesaan rumahnya berhimpitan tetapi masyarakat lebih banyak di pondok, instalasi listrik yang sudah lama dan akses air yang susah,” kata Somia. (Dayu Swasrina/Balipost)

Baca juga:  Buntut Pembubaran Tajen di Petang, Panitia Tabuh Rah Dimintai Klarifikasi

 

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *