Koordinator Operasional Kapal Mobula 8, Antoine Iche menjelaskan tentang cara kerja kapal pembersih sampah laut (Mobula 8). (BP/may)

DENPASAR, BALIPOST.com – Sampah di perairan Bali sudah masuk tahap mengkhawatirkan. Jika tak tertangani dengan baik, akan berbahaya bagi biota laut.

Perwakilan The Sea Cleaners Indonesia I Ketut Sudarwata bersama Koordinator Operasional Kapal Mobula 8 Antoine Iche, Senin (20/3) mengatakan, dengan kondisi perairan saat ini, idealnya Bali membutuhkan 10 kapal pembersih laut. “Semakin banyak semakin bagus karena kapal ini radiusnya juga kecil. Tapi kalau diiringi dengan kerjasama pemerintah misalnya menangani sampah di Tukad Badung, maka akan lebih optimal,” ujarnya.

Baca juga:  Kekuatan Maritim Dunia

Meskipun kapal hanya bekerja untuk perairan yang tenang namun dapat membersihkan sampah sampai 12 mil jauhnya. “Tapi untuk di Kuta engga bisa dengan skala kecil. Perlu yang lebih besar dengan kapal yang mampu beroperasi di air yang berombak,” ujarnya.

Tidak hanya dari sisi jumlah, kondisi sampah yang ditemukan juga telah mengalami perubahan warna yaitu berwarna kecoklatan. Hal itu menandakan bahwa usia sampah plastik tersebut cukup tua dan cukup lama berada di perairan. “Sampah seperti itu dalam perjalanan menuju mikro plastik yang sangat berbahaya bagi kesehatan dan biota laut,” ujarnya.

Baca juga:  Tanpa Didampingi Pengacara, Kakak Jero Jangol Mulai Diadili

Menurutnya, sampah adalah bahan plastik dan sejenisnya yang merupakan buatan manusia dan tidak terpakai. “Sampah buatan manusia inilah yang perlu kita tangani agar tidak merusak lingkungan khususnya perairan. Kayu, daun bukan sampah, itu bahan natural. Sampah adalah buatan manusia dan dibuang manusia. Sedangkan kayu-kayu, daun itu tidak masuk kategori sampah,” jelasnya. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN