Rumawan Salain. (BP/kmb)

Oleh Putu Rumawan Salain

Kajian ini sama sekali tidak bermaksud menggurui para pembaca di bidang transportasi akan tetapi sangat diilhami oleh situasi yang dihadapi sehari-hari melalui pendekatan interpretatif dilengkapi dengan pengetahuan tata ruang dan perkotaan yang pernah dialami saat kuliah, pengalaman saat sebagai co team leader untuk Kuta Strategic Plan for Kuta yang dibiayai Bank Dunia. Team leader penataan ruang badung selatan serta sangat dipengaruhi oleh tulisan almarhum Bapak Sutami, mantan menteri PU yang sangat sederhana dan merakyat. Tulisan beliau adalah tentang Ilmu Wilayah.

Mengurai kemacetan di Bali dimaksudkan sebagai upaya menemu kenali penyebab kemacetan kemudian mencoba mengkaji untuk memperoleh solusinya. Adapun kemacetan yang dimaksud adalah padatnya arus lalu lintas pada suatu badan jalan, baik oleh karena dimensi alat transportasi, atau jumlahnya yang banyak, ataupun juga jalan yang sempit, jarak simpangan yang pendek, penggunaan badan jalan untuk parkir, beralihnya fungsi trotoar, dan yang terakhir adalah bahwa sebaran fungsi-fungsi yang sama dalam tata ruang tidak diatur jaraknya dan tidak pula diatur waktu kegiatannya.

Dengan kata lain sangat diperlukan manajemen transportasi dalam pengendalian pemanfaatan jalur transportasi diatas permukaan jalan.

Untuk maklum bahwa jalan yang ada di Pulau Bali (Dirjen Bina Marga, 2018) terdiri dari jalan Nasional sepanjang 629,39 Km, Jalan Provinsi sepanjang  743,34 KM, keberikutnya adalah Jalan Kabupaten dan Kota sepanjang 7.166,07 Km, dan terakhir adalah adanya jalan Tol Bali Mandara sepanjang 12,7 Km. Jika jalan Tol Gilimanuk-Mengwi rampung dalam beberapa tahun menadatang kiranya dapat ditambahkan lagi 96,21 Km. Kemudian ada short cut ke Singaraja sepanjang 12.79 Km. Dengan demikian Bali menadatang akan memiliki total panjang jalan sepanjang 8.660,5 Km.

Baca juga:  Politik Ekologi Legislator Baru

Sementara itu jumlah kendaraan bermotor di Bali menurut Badan Pendapatan Provinsi Bali (2019-2021) sampai dengan tahun 2021 berada pada angka 4.510.791 buah dengan 3.877595 diantaranya adalah sepeda motor. Sisanya berupa Bus sejumlah 8.911, Truk 159.003, dan kendaraan penumpang sejumlah 465.282 buah. Peningkatan jumlah kendaraan meningkat dengan signifikan dari tahun 2019 yang berjumlah 4.330.987 buah, di tahun 2020 meningkat jumlahnya menjadi  4.438.695 buah atau meningkat lagi hampir 2,5 persen dari tahun sebelumnya. Sedangkan peningkatan di tahun 2021 mendekati 1,6 persen dari tahun 2020.

Rupanya Pandemi Covid-19 tidak mengurangi minat orang untuk membeli kendaraan bermotor. Besar dugaan sumbangan terbesar peningkatan jumlah kendaraan disumbangkan oleh jenis sepeda motor. Kampanye penggunaan mobil dan motor listrik akhir-akhir ini diduga akan meningkatkan jumlah kendaraan bermotor di Bali. Jumlah kendaraan bermotor tentu kian banyak ketika terjadi kunjungan ke Bali dengan kendaraan pribadi atau penumpang yang berwisata atau tujuan lainnya. Beberapa jalan di Bali yang dirasakan kemacetannya akhir-akhir ini adalah Jalur Tohpati-Sanur-Benoa, kemudian Benoa-Bandara-Kuta, selanjutnya dijalur sekitar Petitenget, Batubelig hingga ke Canggu. Bahkan yang sangat parah adalah Jalan Teuku Umar-Malboro ataupun Imam Bonjol. Berikutnya kemacetan sering terjadi di jalur jalan Ubung-Sempidi-Kapal. Kemacetan juga sering berlangsung di jalur Batubulan-Celuk-Sukawati ataupun Batubulan-Singapadu hingga Ubud.

Dari pengamatan terlihat bahwa kemacetan disuatu titik akan mengakibatkan kemacetan pada arah dan jalur sekitarnya. Harap dimaklumi bahwa hakekat dari transportasi adalah sarana pergerakan dari dan ke untuk barang dan manusia. Permasalahan kemacetan yang diakibatkan oleh beberapa titik perubahan moda transportasi darat kelaut atau sebaliknya tersebut bukan dipersoalan macet belaka, namun juga yang terpenting lagi adalah keamanan dari segi penyelundupan.

Baca juga:  Kemacetan, Ancaman Serius Pariwisata Bali

Dengan mulai dibukanya penerbangan domestik dan luar negeri, ikut membebani kepadatan jalan untuk mengantarakan dari dan ke tujuan wisatawan di sekeliling Pulau Bali dengan kendaraan bermotor, mulai dari kendaraan pribadi, Taksi, Bus Trans Metro Dewata, dan layanan online pada jam-jam puncak dan atau hari raya cukup memadati jalan raya.

Salah satu upaya mengurai kemacetan yang telah berhasil dilakukan adalah dengan membuat jalan underpass. Namun dinamika kemacetan di Bali seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk akibat kelahiran maupun perpindahan yang kian meningkat, diiringi juga dengan penambahan jumlah kendaraan bermotor, bertumbuhnya fasilitas baru baik untuk perdagangan, pendidikan, perkantoran, perumahan, maupun pariwisata akan bertambah macet. Mohon juga diingat jika PKB di Klungkung rampung dan beroperasional akan berdampak pada penambahan beban jalan raya setidaknya pada jalan poros utama Bypass Prof. Ida Bagus Mantra.

Oleh karenanya menguraikan kemacetan di Bali ada baiknya jika melakukan review terhadap data-data yang berkaitan dengan lebar dan panjang jalan serta titik simpangan, halte, terminal dalam satu data, kemudian mengintegrasikan hubungan dan kewenangan yang terkait dengan pemanfaatan dan perawatan jalan nasional, provinsi, dan kabupaten kota. Diperlukan sinergi dan koordinasi dengan instusi yang berkaitan dengan pemanfaatan jalan seperti misalnya Bina Marga-Perhubungan-Lalu Lintas dalam suatu visi optimalisasi pemanfaatan jalan. Pulau Bali yang kecil perlu mengatur jenis, dimensi, dan tonase mobil yang boleh berseliweran di jalan-jalan yang sesuai dengan daya dukung jalan. Jika tidak kondisi yang macet akan ditambah dengan cepatnya kerusakan jalan akibat kelebihan beban. Bahkan jarang diperhatikan bahwa kemacetan berdampak pada lingkungan dan hilangnya jam produktif.

Baca juga:  Jaga Ubud, Polres Gianyar Optimalkan Upaya Preventif

Alternatif mengurai kemacetan tidak selalu karena upaya penambahan jalan baru saja, akan tetapi sangat ditentukan oleh sinergitas antara Struktur dengan pola Ruang Provinsi Bali. Rumus transportasi secara konsepsual adalah adanya kendaraan bermotor ditambah dengan infrastruktur jalan,  peraturan, pengelola, dan pemakainya. Secara universal transportasi di dunia sama saja, yang membedakan adalah pemakainya “budaya”. Penegakan peraturan yang berkaitan dengan transportasi diiringi dengan managemen transportasi dipandang mampu mengurangi kemacetan. Pengurai macet dapat juga dilakukan dengan membuat shortcut, underpass, fly over sampai dengan jalan layang. Sulit dan mahalnya harga lahan di Bali sudah harus memikirkan untuk memanfaatkan laut sebagai jalur alternatif. Sebagai contoh untuk angkutan barang dan manusia kiranya dapat di studi antara Denpasar ke Klungkung dan sebaliknya dengan memanfaatkan dermaga penyeberangan Matahari Terbit-Kusamba atau lainnya. Ataupun juga dengan membangun fasilitas kereta api di sepanjang sisi jalan Bypass Prof. Ida Bagus Mantra, atau di sepanjang sisi dalam dari sempadan pantai. Diusulkan memilih monorail, disamping cepat dia juga akrab dengan lingkungan! Namun yang terpenting Semoga.

Penulis, Guru Besar Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *